Makna 'Hidup yang Tidak Diuji' Menurut Socrates: Bagaimana Ajarannya Berlaku di Zaman Sekarang?

Socrates
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf legendaris dari Yunani kuno, terkenal dengan pernyataannya yang menggugah pikiran: "Hidup yang tidak diuji tidak layak dijalani." Meskipun pemikirannya muncul lebih dari dua ribu tahun yang lalu, gagasan ini tetap relevan di zaman modern. Dalam kehidupan yang penuh tekanan dan cepat berubah seperti sekarang, makna dari "hidup yang tidak diuji" memberikan perspektif yang sangat penting untuk dipahami dan diterapkan.

Perdebatan Abadi: Pandangan Aristoteles dan Ibnu Sina tentang Jiwa dan Kebahagiaan

Apa yang Dimaksud dengan 'Hidup yang Tidak Diuji'?

Bagi Socrates, "hidup yang tidak diuji" adalah kehidupan yang dijalani tanpa refleksi atau pertanyaan mendalam tentang makna dan tujuan. Ia percaya bahwa setiap individu harus secara aktif merenung dan menguji tindakan, keyakinan, dan pilihan hidupnya. Tanpa proses introspeksi ini, hidup dianggap tidak memiliki makna yang sebenarnya.

Etnaprana dan Stoikisme: Menemukan Kedamaian Melalui JOMO di Tengah Kesibukan Hidup Modern

Dalam pengertian Socrates, hidup yang diuji berarti mengamati dan mengevaluasi diri sendiri secara terus-menerus. Ia menekankan pentingnya mempertanyakan motif dan tujuan di balik setiap keputusan, sehingga kita tidak hanya menjalani hidup berdasarkan dorongan eksternal atau sekadar mengikuti arus. Filosofi ini mendorong kita untuk hidup dengan kesadaran penuh dan pemahaman yang mendalam tentang diri kita dan dunia di sekitar kita.

Relevansi 'Hidup yang Diuji' dalam Kehidupan Modern

“Hidup Adalah Soal Cinta: Tanpa Cinta, Hidup Akan Mati" - Leo Tolstoy Tentang Cinta dan Kebahagiaan

Di zaman modern ini, ajaran Socrates tentang hidup yang diuji menjadi lebih relevan dari sebelumnya. Kehidupan kita saat ini sering kali dipenuhi dengan aktivitas tanpa henti, di mana kita jarang memiliki waktu untuk merenung tentang makna hidup atau tujuan kita yang sebenarnya. Teknologi, media sosial, dan tuntutan pekerjaan menciptakan gangguan yang konstan, sehingga membuat kita sulit untuk berhenti sejenak dan merenungkan arah hidup kita.

Banyak dari kita menjalani hidup berdasarkan rutinitas harian yang terbentuk dari ekspektasi sosial, tanpa benar-benar memikirkan apakah kita berada di jalur yang kita inginkan. Kita terjebak dalam siklus kesibukan yang membuat kita kehilangan momen untuk benar-benar mengenali diri sendiri dan bertanya: Apakah saya menjalani hidup ini dengan penuh kesadaran? Apakah saya telah menguji hidup saya?

Halaman Selanjutnya
img_title