Bagan Bintang Tiongkok Kuno dari 2.300 Tahun Lalu Merupakan Bagan Bintang Tertua yang Menantang Sejarah Astronomi

Peta Bintang Tiongkok Awal dari Dinasti Tang (618–907 M).
Sumber :
  • archaeologymag.com

Malang, WISATA – Sebuah studi baru telah memicu kembali perdebatan akademis mengenai asal-usul peta bintang paling awal di dunia, menempatkan manuskrip Tiongkok kuno, Buku Petunjuk Bintang Master Shi di garis depan sejarah astronomi dunia. Dengan menggunakan teknik kecerdasan buatan yang canggih, para peneliti di Observatorium Astronomi Nasional Tiongkok menentukan tanggal manuskrip ini sekitar tahun 355 SM, menempatkan asal-usulnya lebih dari dua abad lebih awal dari yang diyakini sebelumnya dan menjadikannya katalog bintang tertua yang pernah ditemukan.

Wanita Malaysia Naik Kereta Bersama Standee Xiao Zhan, Menampar Pria yang Menabraknya

Studi tersebut, yang saat ini sedang ditinjau oleh Research in Astronomy and Astrophysics, menerapkan Generalized Hough Transform, sebuah metode visi komputer yang canggih, pada gambar digital naskah tersebut. Metode tersebut, yang banyak digunakan dalam pemrosesan gambar, memungkinkan para peneliti untuk membandingkan posisi bintang-bintang yang tercantum dalam katalog dengan koordinat astronomi masa kini, dengan memperhitungkan distorsi akibat presesi aksial Bumi dan ketidakakuratan posisi dalam rekaman kuno.

Buku Panduan Bintang Master Shi yang berasal dari Shi Shen, astronom Tiongkok terkemuka pada periode Negara-negara Berperang, telah lama membingungkan para sejarawan karena perbedaan posisi bintang yang tampaknya berlangsung selama berabad-abad. Namun, penelitian ini menggambarkan ketidakkonsistenan ini bukan sebagai kesalahan pengamatan, tetapi sebagai serangkaian pembaruan berkala. Berdasarkan penelitian tersebut, katalog tersebut berasal dari abad ke-4 SM, dengan serangkaian pembaruan menyeluruh yang dilakukan sekitar tahun 125 Masehi—mungkin selama masa jabatan Zhang Heng, astronom Han Timur yang terkenal dan penemu bola dunia.

Jarum Akupuntur Baja Tertua Ditemukan di Makam Tiongkok

Zhang Heng, yang dua kali menjadi Ahli Astrologi Agung (Taishi Ling), mengawasi pengamatan astronomi sistematis dan mungkin memasukkan data baru ke dalam katalog. Hasilnya, manuskrip tersebut merupakan gabungan dari dua era yang berbeda—satu abad ke-4 SM dan yang lainnya abad ke-2 M. Sejarah berlapis ini, menurut para peneliti, menjelaskan penyebaran temporal posisi bintang yang tercatat dalam bagan tersebut.

Namun, temuan tersebut telah memicu berbagai pendapat di dunia ilmiah. Meskipun masih ada kontroversi, signifikansi penemuan tersebut diterima secara luas. Teks bahasa Mandarin tersebut mendahului Katalog Bintang Hipparchus (sekitar tahun 130 SM), yang selama ini dianggap sebagai catatan langit terstruktur tertua dalam tradisi Barat. Meskipun sumber-sumber Babilonia yang berasal dari abad ke-8 SM memang menjelaskan posisi bintang, sumber-sumber tersebut tidak memiliki pemetaan grafis dan tata letak yang terorganisasi seperti Buku Panduan Bintang Master Shi, yang berisi lebih dari 120 rasi bintang dan susunan langit malam.

Selamat Tinggal Labubu, Halo Fuggler! Hubungan Cinta-Benci Netizen Tiongkok dengan Boneka Jelek yang Viral

Selain sains, penemuan ini memiliki makna budaya. Selama beberapa dekade, pencapaian Tiongkok kuno dalam bidang astronomi diremehkan oleh para sarjana Barat. Temuan baru ini menegaskan kontribusi mendasar Tiongkok terhadap pencarian pengetahuan manusia tentang alam semesta.

Sementara perdebatan tentang rincian penanggalan masih berlangsung, Buku Panduan Bintang Master Shi saat ini merupakan bukti pencapaian ilmiah Tiongkok di masa lalu. Jika dikonfirmasi, bagan ini mendahului bagan Yunani dan Babilonia baik dalam bentuk maupun tata letak.