Socrates Memilih Mati Demi Kebenaran: Apa yang Bisa Kita Pelajari di Era Digital?
- Image Creator/Handoko
Malang, WISATA - Socrates, salah satu filsuf terbesar dalam sejarah, dikenang bukan hanya karena pemikirannya yang mendalam, tetapi juga karena keputusannya untuk mati demi mempertahankan kebenaran. Dalam pengadilan di Athena pada tahun 399 SM, ia dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan menyebarkan ajaran yang dianggap merusak dan tidak menghormati dewa-dewa kota. Meskipun diberikan kesempatan untuk melarikan diri, Socrates memilih untuk tetap menerima hukuman dengan meminum racun Hemlock, sebuah keputusan yang telah menjadi simbol pengorbanan untuk prinsip.
Dalam dunia modern yang semakin terhubung melalui teknologi dan informasi, keputusan Socrates untuk mempertahankan kebenaran tanpa kompromi memberikan pelajaran penting yang relevan di era digital. Ketika arus informasi melaju begitu cepat dan kebohongan dapat menyebar dalam hitungan detik, keberanian untuk berdiri di atas prinsip-prinsip kebenaran menjadi semakin penting.
Kebenaran dalam Dunia yang Terkoneksi
Di era digital saat ini, informasi berada di ujung jari kita. Dengan adanya media sosial, blog, forum, dan berbagai platform digital lainnya, setiap orang memiliki kemampuan untuk berbagi ide dan informasi secara global dalam hitungan detik. Namun, dengan kemudahan ini juga datang tantangan besar: bagaimana kita bisa membedakan antara kebenaran dan disinformasi?
Socrates, dengan metode dialektika atau metode tanya jawab yang kritis, selalu berusaha mencari kebenaran melalui pertanyaan-pertanyaan yang mendalam. Ia tidak pernah menerima jawaban yang dangkal dan selalu mendorong lawan bicaranya untuk berpikir lebih dalam. Dalam konteks modern, kita dihadapkan pada tantangan yang serupa: bagaimana kita bisa menyaring informasi yang benar di tengah lautan data yang sering kali menyesatkan?
Pelajaran dari Socrates adalah pentingnya mempertanyakan informasi yang kita terima. Tidak hanya menerima begitu saja, tetapi meneliti dan menganalisis dengan kritis. Ini sangat relevan di era digital di mana berita palsu (hoaks) dan disinformasi sering kali lebih mudah tersebar daripada kebenaran.
Pengorbanan untuk Kebenaran di Era Digital