Stoicisme untuk Pemula: Prinsip-Prinsip yang Akan Membantu Anda Mengatasi Stres dan Kecemasan

Tokoh-tokoh Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Dikotomi kendali adalah salah satu konsep inti dalam Stoicisme. Prinsip ini menegaskan bahwa ada dua hal dalam hidup yang bisa kita kendalikan: apa yang ada di dalam kendali kita dan apa yang berada di luar kendali kita. Hal-hal yang berada dalam kendali kita termasuk pikiran, tindakan, dan respons kita terhadap situasi. Sementara itu, hal-hal yang berada di luar kendali kita adalah segala sesuatu yang tidak dapat kita pengaruhi, seperti cuaca, kesehatan, tindakan orang lain, dan peristiwa eksternal lainnya.

Revolusi Stoikisme: Menggali Filosofi Kuno sebagai Jawaban Hidup Era Modern

Dengan menyadari perbedaan ini, Stoicisme mengajarkan kita untuk berhenti mencemaskan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan dan lebih fokus pada apa yang bisa kita lakukan dengan kendali penuh. Dengan cara ini, kita bisa mengurangi stres yang timbul dari kekhawatiran akan hal-hal di luar jangkauan kita.

2. Amor Fati (Mencintai Takdir)

JOMO Sebagai Solusi Stoik untuk Keseimbangan Hidup dengan Sentuhan Etnaprana

Prinsip ini mengajarkan kita untuk mencintai apa pun yang terjadi dalam hidup kita, baik itu baik atau buruk. Stoik percaya bahwa setiap peristiwa dalam hidup, baik itu kesulitan atau keberuntungan, adalah bagian dari rencana yang lebih besar dan memiliki tujuan yang mendalam. Dengan mengadopsi sikap menerima dan mencintai takdir kita, kita bisa menghadapi tantangan dengan hati yang lebih lapang dan damai.

Amor Fati mengajak kita untuk menerima situasi tanpa perlawanan atau keluhan, dan sebaliknya mengubah kesulitan menjadi peluang untuk tumbuh dan belajar.

Melepas Stres dengan JOMO: Rahasia Hidup Tenang ala Stoikisme dan Etnaprana

3. Latihan Mengatasi Rasa Takut

Dalam Stoicisme, ada konsep yang disebut premeditatio malorum atau latihan mengantisipasi kemungkinan buruk. Latihan ini mengajak kita untuk memikirkan skenario terburuk yang bisa terjadi dalam hidup kita. Tujuannya bukan untuk menjadi pesimis, tetapi untuk mempersiapkan diri secara mental dan emosional. Dengan begitu, ketika peristiwa buruk benar-benar terjadi, kita tidak akan terkejut atau terlalu terpengaruh.

Halaman Selanjutnya
img_title