Socrates: "Cinta Sejati adalah Mencintai Jiwa, Bukan Tubuh"

Socrates di tengah Warga Athena (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Malang, WISATA - Cinta adalah salah satu tema yang paling kompleks dan mendalam dalam kehidupan manusia. Banyak filsuf, termasuk Socrates, telah mencoba memahami dan menjelaskan makna cinta. Salah satu pandangan terkenal dari Socrates adalah bahwa "cinta sejati adalah mencintai jiwa, bukan tubuh." Apa sebenarnya makna dari pernyataan ini? Bagaimana kita bisa menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? Mari kita eksplorasi lebih lanjut.

Revolusi Stoikisme: Menggali Filosofi Kuno sebagai Jawaban Hidup Era Modern

Socrates dan Pandangannya tentang Cinta

Socrates, seorang filsuf Yunani kuno, tidak meninggalkan tulisan sendiri, namun pemikirannya diabadikan oleh muridnya, Plato, dalam berbagai dialog. Dalam dialog "Symposium" dan "Phaedrus," Socrates menguraikan pandangannya tentang cinta, yang lebih dalam daripada sekadar ketertarikan fisik.

Warisan Socrates: Bagaimana Pemikirannya Menginspirasi Plato dan Aristoteles?

Cinta pada Jiwa

Menurut Socrates, cinta sejati tidak hanya didasarkan pada daya tarik fisik. Meskipun kecantikan fisik dapat menarik perhatian awal, cinta yang didasarkan pada penampilan saja bersifat dangkal dan sementara. Cinta sejati, menurutnya, adalah mencintai jiwa seseorang — mencintai kualitas-kualitas batin yang abadi seperti kebajikan, kebijaksanaan, dan karakter.

Dari Socrates ke Aristoteles: Rantai Pemikiran yang Membentuk Peradaban Barat

Konsep "Tangga Cinta"

Socrates menggambarkan perjalanan cinta melalui konsep "Tangga Cinta" atau "Ladder of Love," yang merupakan proses peningkatan cinta dari bentuk yang paling dangkal hingga yang paling tinggi dan murni. Berikut adalah tahapan dalam tangga cinta:

Halaman Selanjutnya
img_title