Filsafat Semi Abad Pertengahan: Perpaduan Alkitab dan Sastra dalam Karya Umberto Eco
- Tangkapan layar
Eco menggunakan Alkitab sebagai alat untuk menggali makna lebih dalam dalam konteks kekuasaan gereja. Sebagai contoh, perdebatan mengenai kitab-kitab yang dianggap "terlarang" oleh gereja, yang ada di perpustakaan biara, mencerminkan pertarungan ideologis antara kekuasaan gereja dan pencarian pengetahuan. Di sini, Eco mengajak pembaca untuk berpikir kritis: apakah gereja memiliki hak untuk membatasi akses terhadap pengetahuan demi menjaga kekuasaan atau apakah setiap individu berhak untuk mengeksplorasi kebenaran melalui pemahaman mereka sendiri?
Semiotika dalam Penafsiran Tanda
Tidak dapat dipungkiri bahwa semangat semiotika Eco sangat terasa dalam struktur novel ini. Eco percaya bahwa segala sesuatu, termasuk teks-teks suci, memiliki tanda-tanda atau simbol-simbol yang dapat diinterpretasikan untuk mengungkap makna yang lebih dalam. Di dalam The Name of the Rose, setiap elemen—dari nama-nama karakter hingga setiap kejadian dalam cerita—adalah tanda yang memerlukan penafsiran.
Salah satu contoh menarik dari penerapan semiotika dalam novel ini adalah penggunaan bahasa dan simbolisme dalam dialog antara karakter. William dari Baskerville, yang merupakan seorang figur intelektual dan filosofis, berusaha mengurai berbagai "tanda" yang ada di sekitar tempat kejadian. Dengan menggunakan logika dan metode ilmiah, William mencoba memahami pesan yang terkandung dalam simbol-simbol tersebut, baik itu dalam bentuk teks maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di biara.
Selain itu, Eco juga menggunakan elemen buku-buku dan pustaka sebagai metafora untuk menandakan pengetahuan itu sendiri. Pustaka yang penuh dengan karya-karya yang ditulis tangan, yang terkadang tidak mudah dibaca dan dipahami, mencerminkan bagaimana pengetahuan sering kali tersembunyi dan hanya dapat diakses oleh mereka yang tahu cara menginterpretasikan simbol-simbol yang ada.
Filsafat Semi Abad Pertengahan dalam Struktur Narasi
Di tingkat struktural, Eco menyusun novel ini dengan cermat untuk menciptakan sebuah dunia di mana teologi dan semiotika saling bersinggungan. Abad pertengahan adalah zaman di mana agama memiliki pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat, namun di sisi lain, pengetahuan ilmiah dan filsafat juga mulai muncul sebagai kekuatan yang menantang dominasi gereja.