Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme Melalui Pendidikan dan Karakter Bangsa
- Handoko/istimewa
Laksma Jaya menyoroti perlunya pendekatan yang kreatif dan relevan. Kampanye cinta tanah air dapat dilakukan melalui platform digital, dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi utama. Video pendek, lagu, atau bahkan tantangan daring yang mengangkat tema nasionalisme dapat menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian generasi muda.
Beliau juga berbagi tentang pentingnya program pemuda tangguh, seperti pelatihan bela negara, kegiatan kepemimpinan, dan program pertukaran budaya antar daerah. Program-program ini, katanya, tidak hanya membangun rasa bangga akan identitas nasional, tetapi juga mempererat persatuan di tengah keragaman.
Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi
Globalisasi, menurut Jaya Darmawan, adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuka peluang besar bagi Indonesia untuk maju. Namun di sisi lain, ia membawa ancaman berupa infiltrasi budaya asing yang dapat melemahkan identitas bangsa. “Kita tidak bisa menutup diri dari globalisasi, tetapi kita harus punya identitas kuat,” katanya.
Pendidikan karakter menjadi benteng utama dalam menghadapi tantangan ini. Beliau mencontohkan nilai gotong royong, yang mulai tergerus oleh gaya hidup individualistik. Untuk mengatasinya, pelatihan berbasis kearifan lokal harus dihidupkan kembali. Tradisi seperti kerja bakti, upacara adat, dan seni budaya lokal dapat menjadi media yang efektif untuk memperkuat karakter bangsa.
Selain itu, Laksma Jaya mengusulkan revitalisasi upacara bendera di sekolah dan tempat kerja. Menurutnya, penghormatan kepada simbol negara yang sederhana ini memiliki dampak besar dalam menanamkan rasa bangga dan hormat terhadap tanah air. “Kita perlu mengingatkan kembali makna di balik merah putih,” ujarnya penuh semangat.
Beliau juga menekankan peran tokoh masyarakat dalam menjadi panutan. Anak muda membutuhkan figur yang dapat dijadikan teladan, baik dalam hal integritas, dedikasi, maupun rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, tokoh agama, pemimpin adat, dan figur publik perlu aktif berperan dalam menggerakkan semangat nasionalisme.