Filsafat Socrates: Jalan Menuju Kebijaksanaan atau Jalan Menuju Bahaya?
- Wikipedia
Malang, WISATA- Dalam sejarah filsafat dunia, nama Socrates menjulang sebagai ikon pemikiran kritis dan pencarian kebenaran. Ia bukan hanya seorang filsuf, tetapi juga tokoh kontroversial yang pemikirannya mengubah cara manusia berpikir tentang hidup, kebenaran, dan moralitas. Namun, pemikirannya yang radikal ini juga membuatnya menjadi ancaman bagi kekuasaan dan tatanan sosial pada zamannya.
Socrates, yang hidup di Athena sekitar abad ke-5 sebelum Masehi, dikenal bukan karena banyak menulis, tetapi karena cara berpikirnya yang menggugah. Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam yang membuat orang memeriksa kembali keyakinan mereka. Dalam prosesnya, ia mengajarkan bahwa kebijaksanaan sejati lahir dari kesadaran bahwa kita sebenarnya tidak tahu banyak.
Namun, apakah pendekatan Socrates ini hanya membawa manusia kepada pencerahan dan kebijaksanaan? Ataukah, seperti yang dirasakan oleh para penguasa Athena saat itu, filsafatnya justru membawa kegelisahan, keraguan, bahkan bahaya?
Socrates dan Kegelisahan Intelektual
Metode Socrates yang dikenal dengan elenchus atau metode dialektika adalah bentuk tanya jawab yang mendalam, bertujuan menguji validitas suatu pemikiran. Ia memulai dengan pura-pura tidak tahu, lalu mengarahkan lawan bicaranya untuk menyadari bahwa apa yang mereka anggap benar ternyata lemah dan tidak berdasar.
Bagi masyarakat Athena saat itu, ini bukan sekadar latihan berpikir. Ini adalah bentuk pemberontakan terhadap tradisi, norma, bahkan agama. Socrates dianggap “meracuni pikiran anak muda” dan menyebabkan keresahan intelektual yang dianggap membahayakan stabilitas kota.
Di sinilah muncul pertanyaan penting: apakah berpikir kritis dan mempertanyakan segalanya benar-benar membawa pencerahan? Atau justru membuat kita kehilangan pijakan moral dan spiritual?