Bela Negara: Komitmen Tanpa Batas untuk Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Bangsa Wawancara Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan
- Handoko/Istimewa
Artikel ini merupakan hasil wawancara penulis dengan Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., Ketua Presidium Pejuang Bela Negara, dan akan disampaikan dalam beberapa tulisan secara berseri. Berikut adalah bagian pertama dari seri artikel ini.
Jakarta, WISATA - Di tengah pusaran tantangan global yang semakin kompleks, semangat bela negara menjadi lebih dari sekadar kata-kata. Dalam wawancara eksklusif ini, Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla., Ketua Presidium Pejuang Bela Negara, memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana bela negara harus dilihat sebagai komitmen tanpa batas. Ia menegaskan, "Bela negara bukan sekadar urusan TNI atau aparat keamanan, tetapi tanggung jawab moral dan konstitusional setiap warga negara Indonesia."
Mengurai Makna Bela Negara
Saat mendiskusikan konsep bela negara, Laksma Jaya Darmawan menjelaskan bahwa maknanya sering kali disalahartikan sebagai tindakan militer semata. Padahal, bela negara memiliki cakupan yang jauh lebih luas. Bela negara adalah bentuk cinta tanah air yang diwujudkan dalam berbagai cara, mulai dari tindakan kecil seperti menjaga kebersihan lingkungan hingga upaya besar seperti memperjuangkan kedaulatan bangsa melalui pendidikan, inovasi, dan penguatan ekonomi.
Menurutnya, bela negara adalah bentuk nyata dari kepatuhan terhadap Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Ini mencerminkan tanggung jawab bersama, tanpa memandang usia, status sosial, atau latar belakang budaya.
Relevansi di Era Modern
Ketika ditanya tentang pentingnya bela negara di era modern, Jaya Darmawan menggambarkan situasi saat ini sebagai "medan perang tanpa batas." Ancaman yang dihadapi tidak hanya berupa invasi fisik tetapi juga ancaman non-militer yang bersifat multidimensi. Misalnya, serangan siber yang terus meningkat setiap tahun. Data terbaru dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi target lebih dari 1,6 miliar serangan siber pada tahun 2023, dengan sektor pemerintahan dan infrastruktur kritis sebagai sasaran utama.
Selain itu, ancaman narkoba juga menjadi isu serius. Berdasarkan laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), lebih dari 4 juta penduduk Indonesia terpapar narkoba, dengan sebagian besar korbannya adalah generasi muda. "Ini bukan hanya merusak individu, tetapi juga menghancurkan masa depan bangsa," tegas Jaya Darmawan.
Ia menambahkan bahwa tantangan ekonomi juga tidak kalah berat. Ketergantungan pada produk impor dan penguasaan sumber daya alam oleh pihak asing menjadi ancaman tersendiri terhadap kedaulatan nasional. Menurutnya, bela negara juga berarti memprioritaskan kepentingan rakyat dalam pengelolaan kekayaan alam, seperti yang diamanatkan oleh Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945.
Menguatkan Pilar-Pilar Kebangsaan
Dalam wawancara ini, Jaya Darmawan memberikan perhatian khusus pada tiga pilar utama yang menopang semangat bela negara: pertama wilayah dan sumber daya alam, kedua rakyat sebagai sumber daya manusia, serta ketiga pemerintahan yang visioner. Ia menekankan bahwa Indonesia adalah negara yang diberkahi dengan kekayaan alam melimpah, tetapi sering kali pengelolaannya tidak optimal. Sebagai contoh, sektor pertambangan dan energi sering kali dikuasai oleh perusahaan asing, sehingga keuntungan terbesar tidak dinikmati oleh rakyat.
Pendidikan juga menjadi sorotan utama. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2023 berada di angka 72,9, yang menunjukkan perbaikan, tetapi belum cukup untuk menghadapi persaingan global. Jaya Darmawan menegaskan bahwa pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila harus diperkuat untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dan memiliki jiwa nasionalisme.
Di sisi lain, pemerintah juga memegang peranan penting. Pemerintahan yang visioner tidak hanya berfungsi sebagai pembuat kebijakan, tetapi juga sebagai penggerak utama yang menginspirasi rakyat untuk terlibat aktif dalam membangun bangsa.
Menghidupkan Kembali Semangat Nasionalisme
Salah satu pesan kuat yang disampaikan Jaya Darmawan adalah perlunya menghidupkan kembali semangat nasionalisme di semua lapisan masyarakat. Ia mengingatkan bahwa nasionalisme bukan hanya soal simbol seperti bendera atau lagu kebangsaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan cinta tanah air. Misalnya, mendukung gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang telah mendorong pertumbuhan UMKM lokal hingga 20% pada tahun 2023.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga budaya lokal dan kearifan tradisional di tengah derasnya arus globalisasi. Menurutnya, globalisasi tidak boleh menjadi alasan untuk melupakan identitas bangsa. Sebaliknya, budaya lokal harus menjadi sumber kekuatan yang memperkaya karakter nasional.
Bela Negara di Tengah Perubahan Teknologi
Era digital menghadirkan peluang sekaligus tantangan baru bagi bela negara. Jaya Darmawan menggambarkan ancaman siber sebagai "perang tanpa peluru" yang bisa merusak stabilitas nasional jika tidak ditangani dengan serius. Ia menyoroti pentingnya membangun ketahanan digital, mulai dari penguatan infrastruktur teknologi hingga edukasi masyarakat tentang literasi digital.
Dalam konteks ini, bela negara juga mencakup upaya melindungi data pribadi warga negara dan mengembangkan inovasi berbasis lokal untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing. "Ketergantungan pada teknologi luar adalah bentuk penjajahan modern yang harus kita lawan," katanya.
Bela negara adalah komitmen tanpa batas yang tidak terikat oleh waktu, situasi, atau kelompok tertentu. Ini adalah tanggung jawab bersama yang mencakup semua aspek kehidupan, dari menjaga kedaulatan wilayah hingga melindungi moral generasi muda.
Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan menutup wawancara ini dengan pesan inspiratif: "Jika setiap warga negara menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab, Indonesia akan menjadi bangsa yang tidak hanya besar secara geografis tetapi juga kuat dalam menghadapi tantangan zaman."