Indonesia Terancam Konsumsi Mikroplastik Tinggi, Apa yang Salah?
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mengatasi masalah mikroplastik. Berdasarkan penelitian terbaru, konsumsi mikroplastik di Indonesia mencapai angka tertinggi di dunia, dengan masyarakat diperkirakan menelan hingga 15 gram mikroplastik per bulan—setara dengan berat tiga kartu kredit. Fenomena ini menimbulkan keprihatinan mendalam terhadap dampaknya pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Polusi Plastik yang Meningkat
Sebagai salah satu penghasil sampah plastik terbesar di dunia, Indonesia menghadapi masalah serius dalam pengelolaan limbah plastik. Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik sering kali berakhir di sungai, laut, atau tanah, di mana ia terurai menjadi partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik. Partikel ini kembali ke tubuh manusia melalui rantai makanan.
Hewan laut, seperti ikan, kerang, dan udang, sering terkontaminasi mikroplastik, menjadikannya sumber utama paparan bagi masyarakat pesisir. Tidak hanya itu, penelitian juga menunjukkan bahwa air minum, termasuk air dalam kemasan, sering kali mengandung partikel mikroplastik yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Tingginya ketergantungan masyarakat Indonesia pada plastik sekali pakai menjadi salah satu penyebab utama masalah ini. Kantong plastik, botol minuman, hingga kemasan makanan cepat saji adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini memperburuk pencemaran lingkungan karena plastik yang digunakan langsung dibuang tanpa melalui proses daur ulang.
Plastik sekali pakai tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga meningkatkan risiko paparan mikroplastik melalui interaksi langsung dengan makanan dan minuman.