Niccolò Machiavelli: “Seseorang yang Ingin Sukses Harus Belajar Bagaimana Tidak Selalu Menjadi Baik”
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Niccolò Machiavelli, seorang filsuf dan pemikir politik asal Italia dari era Renaissance, dikenal dengan pandangannya yang kontroversial namun penuh wawasan. Salah satu kutipannya yang paling terkenal, “Seseorang yang ingin sukses harus belajar bagaimana tidak selalu menjadi baik,” sering menjadi bahan diskusi yang hangat, baik di dunia politik, bisnis, maupun kehidupan sehari-hari.
Kutipan ini mengundang berbagai interpretasi. Sebagian orang melihatnya sebagai pembenaran untuk bersikap licik atau manipulatif, sementara yang lain menganggapnya sebagai pengingat bahwa keberhasilan sering kali membutuhkan keputusan sulit yang tidak selalu sesuai dengan norma moral atau nilai tradisional. Bagaimana relevansi pemikiran ini dalam konteks kehidupan modern?
Memahami Konteks Pemikiran Machiavelli
Niccolò Machiavelli menulis kutipan tersebut dalam bukunya yang paling terkenal, The Prince (Il Principe), yang diterbitkan pada tahun 1532. Buku ini ditujukan untuk para pemimpin dan penguasa sebagai panduan bagaimana mempertahankan kekuasaan di tengah tantangan dan intrik politik.
Pada masa itu, Italia terpecah menjadi banyak negara-kota yang sering bersaing satu sama lain. Dalam kondisi seperti ini, Machiavelli berpendapat bahwa seorang pemimpin harus pragmatis dan bersedia mengambil tindakan yang tidak populer demi menjaga stabilitas dan kekuasaan.
Relevansi Kutipan dalam Dunia Modern
Kutipan ini tetap relevan hingga saat ini, terutama dalam konteks persaingan bisnis, politik, dan bahkan hubungan interpersonal. Dalam dunia yang semakin kompleks dan kompetitif, sering kali orang dihadapkan pada pilihan sulit yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya bersikap “baik”.