Apakah AI Akan Ambil Alih Dunia Kerja Manusia?, Ini Penjelasan Adhiguna, Pakar di Swiss German University
- Handoko/Istimewa
Selain itu, sektor pekerjaan manual atau blue collar juga mulai tergantikan oleh teknologi robotika. Robot kini semakin sering digunakan di pabrik-pabrik, gudang logistik, bahkan di sektor pelayanan. Tren ini membuat ribuan pekerja manual kehilangan pekerjaan, menciptakan disrupsi besar dalam perekonomian berbasis tenaga kerja manusia.
Ketimpangan yang Semakin Melebar
Salah satu efek samping terbesar dari AI adalah potensi peningkatan ketimpangan ekonomi. Perusahaan besar yang mengadopsi AI dapat mengurangi biaya tenaga kerja dengan signifikan, sementara ribuan orang kehilangan mata pencaharian. “Jika kita tidak berhati-hati, AI justru bisa menjadi alat yang memperlebar jurang ketimpangan antara yang kaya dan miskin,” tegas Adhiguna.
Data dari IMF menunjukkan, separuh pekerjaan yang terdampak AI mungkin akan diuntungkan melalui peningkatan produktivitas. Namun, separuh lainnya menghadapi risiko nyata: kehilangan pekerjaan atau penurunan pendapatan. "Ini bukan hanya masalah ekonomi, tapi juga potensi menciptakan ketegangan sosial yang lebih besar di berbagai negara," lanjutnya.
Bagaimana Kita Bisa Menghadapi Tantangan Ini?
Meski tantangan yang dihadapi besar, Dr. Adhiguna percaya bahwa masih ada solusi untuk memastikan AI menjadi kekuatan yang mendukung masyarakat, bukan mengancamnya. “Kuncinya ada di regulasi yang ketat dan peran aktif pemerintah,” katanya.
Regulasi diperlukan untuk memastikan AI digunakan secara etis dan bertanggung jawab. Pemerintah harus menetapkan aturan yang jelas, terutama di sektor-sektor kritis seperti keuangan, hukum, dan administrasi, agar tidak ada penggantian tenaga kerja secara besar-besaran tanpa transisi yang baik. Transparansi dalam penggunaan AI juga menjadi penting untuk menghindari diskriminasi dalam keputusan berbasis teknologi ini.