Indonesia Gandeng China untuk Dorong Ekonomi Biru dan Transformasi Energi Bersih
- Kemenko Perekonomian
Jakarta, WISATA - Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) kembali memperkuat kemitraan strategis dalam kunjungan kenegaraan Presiden RI Prabowo Subianto ke Beijing pada 8-11 November 2024. Salah satu tonggak penting dalam pertemuan tersebut adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang kerja sama ekonomi biru, yang ditandatangani oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perdagangan RRT Wang Wentao. MoU ini menjadi landasan baru bagi Indonesia dan RRT dalam mengembangkan ekonomi rendah emisi dan pengelolaan kelautan yang berkelanjutan.
Ekonomi Biru sebagai Katalisator Perekonomian Nasional
Ekonomi biru yang mencakup pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan dipandang sebagai potensi besar bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, kontribusi sektor kelautan terhadap PDB Indonesia mencapai sekitar 6,4% pada tahun 2023. Dengan adanya kerja sama ini, pemerintah menargetkan kontribusi sektor kelautan dapat mencapai 8% pada tahun 2029.
“Ekonomi biru menawarkan peluang besar dalam menciptakan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan. Dengan bantuan teknologi dan investasi dari RRT, sektor kelautan Indonesia dapat menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Menko Airlangga.
Hilirisasi Produk Kelautan untuk Meningkatkan Daya Saing
Hilirisasi produk kelautan menjadi salah satu fokus utama dalam MoU ini. Hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk kelautan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor ini. Menurut data BPS, sektor perikanan Indonesia mempekerjakan lebih dari 7 juta orang. Dengan adanya pengembangan industri hilirisasi, seperti biofarmasi kelautan dan pengolahan makanan laut, diharapkan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian dapat terus meningkat.
Pengembangan Energi Laut Terbarukan
Kerja sama ini juga mencakup sektor energi laut terbarukan, meliputi energi angin, tenaga pasang surut, dan fotovoltaik. Energi laut diperkirakan memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah pesisir dan pulau-pulau terpencil. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai lebih dari 400 GW, di mana sebagian besar berada di wilayah laut.
Dengan adanya kerja sama ini, kedua negara berkomitmen untuk mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi energi laut yang ramah lingkungan. Teknologi ini tidak hanya bermanfaat dalam menyediakan listrik, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, yang berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
Pariwisata Maritim dan Infrastruktur Kelautan
Selain perikanan dan energi, sektor pariwisata maritim juga menjadi bagian penting dalam MoU ini. Indonesia, yang terkenal dengan keindahan lautnya, menarik ribuan wisatawan asing setiap tahun. Tiongkok merupakan salah satu pasar utama pariwisata Indonesia, dengan lebih dari 2 juta wisatawan Tiongkok berkunjung setiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan kerja sama ini, sektor pariwisata Indonesia diharapkan dapat berkembang lebih pesat.
Kerja sama ini juga mencakup pembangunan infrastruktur kelautan, seperti dermaga dan pelabuhan, yang akan mendukung konektivitas maritim. Pengembangan infrastruktur ini akan memperkuat rantai pasok produk kelautan dan meningkatkan aksesibilitas bagi wisatawan di kawasan pesisir.
Mendorong Ekonomi Hijau Melalui Teknologi dan Inovasi
Dalam kerangka kerja sama ini, kedua negara sepakat untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau rendah emisi. Pengembangan teknologi hijau, green carbon, dan inovasi di sektor kelautan menjadi prioritas dalam MoU ini. Teknologi hijau yang dikembangkan akan membantu meningkatkan kapasitas pengelolaan laut yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Airlangga Hartarto menyampaikan, “Kolaborasi ini tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga membawa Indonesia dan Tiongkok lebih dekat pada tujuan bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan.”
Dengan adanya MoU ini, kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi biru yang tidak hanya meningkatkan perekonomian, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan.