Ironi Beras Indonesia: Mengapa Negeri Agraris Masih Bergantung pada Impor?

Padi Sawah
Sumber :
  • Vision. org

Jakarta, WISATA - Indonesia, yang dikenal sebagai negeri agraris dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, seharusnya bisa menjadi negara mandiri dalam hal ketahanan pangan, terutama beras. Namun, kenyataannya, Indonesia masih bergantung pada impor beras. Situasi ini menciptakan ironi yang menyedihkan: di tengah lahan pertanian yang luas dan populasi petani yang banyak, negara ini tetap menghadapi masalah serius dalam memenuhi kebutuhan beras nasionalnya. Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai penyebab ketergantungan impor beras di Indonesia, termasuk faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini dan dampaknya terhadap masyarakat.

Prabowo Ajak Masyarakat Berani Hadapi Tantangan dan Menjadi Bangsa yang Kuat

Statistik Produksi dan Konsumsi Beras di Indonesia

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, produksi beras Indonesia mencapai sekitar 31,3 juta ton. Meskipun angka ini tergolong tinggi, konsumsi beras di Indonesia mencapai 36 juta ton per tahun. Artinya, terdapat defisit sekitar 4,7 juta ton yang harus dipenuhi melalui impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada tahun yang sama, Indonesia tercatat mengimpor beras sebanyak 1,5 juta ton, dengan kebutuhan beras per kapita mencapai 140 kilogram per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia merupakan salah satu produsen beras terbesar di dunia, ketergantungan pada beras impor tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Hadapi Potensi Rawan Pangan di Dunia: Saatnya Indonesia Melirik Singkong, Ini Alasannya

Penyebab Ketergantungan Impor

1. Produktivitas Pertanian yang Rendah

HKTI: Pupuk Sering Langka, Jalan Ketahanan Pangan Masih Terjal

Salah satu faktor utama yang menyebabkan Indonesia masih bergantung pada impor beras adalah rendahnya produktivitas pertanian. Rata-rata produksi beras per hektar di Indonesia hanya sekitar 5,5 ton, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti Vietnam yang mencapai 6,5 ton per hektar dan Thailand yang mencapai 6,3 ton per hektar. Rendahnya produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan akses terhadap teknologi pertanian, penggunaan pupuk yang tidak optimal, dan kurangnya mekanisasi dalam proses produksi.

2. Kebijakan Pertanian yang Tidak Konsisten

Halaman Selanjutnya
img_title