Kreak di Semarang Makin Marak: Apakah Gaya Hidup dan Kecemburuan Sosial Jadi Pemicu?

Peringatan Semarang Darurat Kreak
Sumber :
  • Cuplikan layar

Semarang, WISATA - Dalam beberapa bulan terakhir, fenomena tawuran remaja dan aksi gangster atau "kreak" di Semarang menjadi sorotan utama. Aksi brutal yang dilakukan oleh sekelompok remaja tidak hanya mengancam keselamatan masyarakat, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendalam tentang penyebab utamanya. Apa yang mendorong anak-anak muda ini untuk terlibat dalam tindakan kekerasan yang merusak tatanan sosial?

Kecemasan Meluas, Aksi 'Kreak' Semarang Terus Meresahkan! Pemerintah, Apa Langkahmu?

Pengaruh FOMO: Tekanan Gaya Hidup dan Validasi Sosial

Salah satu faktor utama yang mendorong remaja terlibat dalam aksi tawuran dan gangster adalah FOMO (Fear of Missing Out), atau ketakutan akan ketinggalan tren sosial. Media sosial menjadi platform di mana gengsi dan popularitas dinilai. Banyak remaja merasa tertekan untuk tetap relevan dan eksis di mata teman-temannya. Tawuran yang didokumentasikan dan dibagikan di platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook memberikan mereka validasi sosial dalam bentuk "likes" dan komentar. Dalam beberapa kasus, tawuran bahkan direncanakan melalui media sosial, di mana kelompok-kelompok ini mencari perhatian dan ketenaran dengan melakukan aksi kekerasan yang berbahaya​(

'Naturalisasi Suporter': Ribuan Warga Korsel akan dukung Timnas Indonesia vs Jepang di GBK

Tekanan ini memperkuat keinginan mereka untuk terlihat "tangguh" dan diakui sebagai bagian dari kelompok yang ditakuti. Fenomena ini adalah bentuk destruktif dari pencarian identitas di kalangan remaja yang masih labil. Mereka lebih memilih untuk melakukan aksi yang berbahaya daripada tertinggal oleh tren sosial yang ada.

Kesulitan Ekonomi dan Kurangnya Peluang Pekerjaan

Tim Futsal Indonesia Lolos ke Final ASEAN Futsal Championship 2024 setelah Kalahkan Thailand

Selain tekanan sosial, kondisi ekonomi yang sulit juga menjadi akar masalah. Banyak remaja yang tumbuh di lingkungan dengan keterbatasan finansial sering kali merasa terjebak dalam lingkaran kemiskinan. Kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang layak atau pekerjaan yang memadai menciptakan rasa frustrasi dan putus asa. Tanpa arah yang jelas untuk masa depan, mereka mudah terjebak dalam aktivitas negatif seperti bergabung dengan geng atau kelompok kriminal​(

Kelompok gangster memberikan mereka perasaan "terlindungi" dan kesempatan untuk mendapatkan uang dengan cara yang cepat, meskipun itu berarti terlibat dalam tindakan ilegal. Dalam konteks ini, aksi tawuran menjadi pelarian dari kesulitan ekonomi yang mereka hadapi, meskipun akibatnya sangat merugikan.

Halaman Selanjutnya
img_title