Indonesia Tegaskan Komitmen dalam Pengurangan Emisi Karbon: B35 Menuju B40 dan Energi Hijau
- Kemenko perekonomian
Jakarta, WISATA – Indonesia terus menunjukkan keseriusan dalam upaya mengurangi emisi karbon dengan menerapkan berbagai kebijakan yang berdampak positif. Komitmen ini dituangkan dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC), yang merupakan bagian dari upaya global untuk memerangi perubahan iklim. Dalam ENDC, Indonesia berfokus pada lima sektor utama: limbah, proses industri dan penggunaan produk, pertanian, kehutanan, serta energi yang mencakup sektor transportasi.
Pada acara Kumparan Green Initiative Conference 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Selasa (24/09), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan langkah-langkah mitigasi yang diambil oleh Indonesia dalam mengurangi emisi karbon. Salah satu langkah penting adalah perubahan RON (Research Octane Number) ke tingkat yang lebih tinggi. “Alhamdulillah, RON 88 sudah tidak ada, dan kami juga mendorong program berbasis baterai listrik,” ungkap Menko Airlangga.
Meningkatkan Biodiesel: Menuju B40 di Tahun 2025
Langkah konkret lainnya adalah program mandatori biodiesel yang telah mencapai pencapaian signifikan. Setelah sukses dengan penerapan B35, Indonesia menargetkan untuk meningkatkan ke B40 pada tahun 2025. Program biodiesel ini telah menggunakan 54,52 juta kiloliter dan berhasil mengurangi ketergantungan impor solar. Dampaknya terhadap perekonomian nasional sangat signifikan, dengan devisa yang diselamatkan mencapai Rp404,32 triliun.
Menko Airlangga juga menekankan bahwa biodiesel telah membantu mengurangi emisi karbon secara drastis. Sejak tahun 2020, penurunan emisi karbon Indonesia tercatat sangat signifikan, yakni dari 945 juta ton CO2 ekuivalen pada 2020, menjadi 890 juta ton pada 2021, dan 884 juta ton pada 2022. "Ini adalah pencapaian yang harus dipertahankan dan ditingkatkan di masa depan," kata Menko Airlangga.
Potensi Pengembangan CCUS di Indonesia
Selain itu, Menko Airlangga juga mengungkapkan pentingnya teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) yang berpotensi besar di beberapa wilayah Indonesia seperti Arun, Teluk Bintuni, dan Bojonegoro. Teknologi ini berfungsi sebagai gudang bawah tanah yang mampu menyimpan emisi karbon hasil dari ekstraksi minyak dan gas. “Potensi Indonesia dalam hal ini sangat besar, dan market CCUS saat ini berkisar antara 25 hingga 30 dolar per ton,” jelasnya.