Luhut Pandjaitan: Transisi Energi Harus Adil dan Beriringan dengan Dekarbonisasi

Menko Luhut di ISF 2024
Sumber :
  • Kemenko Marves

Dengan kolaborasi internasional, Indonesia mampu mempercepat transisi energi, seperti yang terlihat dalam kerja sama dengan Singapura dalam pengembangan industri panel surya dan sistem penyimpanan energi baterai (BESS). Melalui proyek ini, Indonesia dapat mengekspor listrik hijau ke Singapura, yang dihasilkan oleh panel surya buatan Indonesia.

Bagaimana Indonesia Menjadi Raja Nikel di Era Mobil Listrik

Peningkatan Signifikan di Sektor Transportasi

Luhut juga menyinggung kemajuan yang signifikan di sektor transportasi, terutama dalam adopsi kendaraan listrik (EV). Pemerintah telah memperkenalkan program insentif untuk mempercepat penggunaan EV, yang mengakibatkan peningkatan penjualan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) lebih dari dua kali lipat. Dari 5.800 unit pada paruh pertama tahun 2023, penjualan BEV melonjak menjadi 12.200 unit di periode yang sama tahun 2024.

Dunia dalam Bahaya! Energi Terbarukan adalah Senjata Terakhir Kita Melawan Pemanasan Global

"Tahun lalu, kita hanya memiliki dua model mobil BEV. Sekarang sudah ada lebih dari 25 model," ungkap Luhut, menandakan optimisme terhadap masa depan transportasi yang lebih ramah lingkungan di Indonesia.

Tantangan dan Peluang Bagi Negara Berkembang

Peran Panel Surya Berteknologi Tinggi dalam Menekan Emisi Karbon Global

Menutup sambutannya, Luhut menegaskan bahwa setiap negara memiliki tantangan unik dalam menerapkan inisiatif dekarbonisasi. Negara-negara berkembang harus mencari solusi yang sesuai dengan kondisi ekonomi, politik, dan teknologi masing-masing. "Negara-negara berkembang harus terus tumbuh sambil juga mengurangi emisi. Kita tidak dapat 100% menerapkan solusi dari negara-negara maju," tegasnya.

Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan, Indonesia optimis mampu mencapai transisi energi yang berkelanjutan, adil, dan inklusif.