Ketika Alam Mengajarkan Stoikisme: Filosofi di Balik Wisata JOMO

Wisata Jomo di Desa Sade Lombok
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Pernahkah Anda merasa lelah dengan kecepatan hidup yang tak kunjung melambat? Dunia yang semakin digital tampaknya memaksa kita untuk terus terhubung, terus mencari validasi, dan terus mengikuti tren. Namun, ada saat di mana kita perlu berhenti sejenak, menarik napas panjang, dan mulai mendengarkan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh jiwa. Di sinilah konsep Joy of Missing Out atau JOMO dan filosofi Stoikisme menemukan relevansinya.

Mengapa Filosofi Zeno dari Citium Masih Relevan di Era Digital?

Berada di tengah keheningan alam sering kali memberikan pelajaran yang sulit ditemukan dalam gemuruh kehidupan sehari-hari. Alam, dengan caranya yang sederhana, mengajarkan nilai-nilai yang sejatinya telah lama dijelaskan oleh Stoikisme, sebuah filosofi kuno yang berasal dari Yunani. Ajaran ini menekankan pengendalian diri, penerimaan terhadap apa yang tidak bisa diubah, dan fokus pada hal-hal yang ada dalam kuasa kita. Lalu, bagaimana alam dan konsep JOMO ini mampu menyatukan nilai-nilai Stoikisme?

Bayangkan saat Anda berada di pegunungan yang sunyi, hanya terdengar suara angin yang berbisik dan gemerisik daun yang jatuh ke tanah. Dalam keheningan itu, Anda merasakan kedamaian yang tidak ditemukan di kota. Alam mengajarkan kita untuk melepaskan segala ekspektasi, menerima apa adanya, dan menikmati saat ini tanpa gangguan. Sama seperti Stoikisme yang menyarankan untuk hidup dalam momen kini, alam membantu kita memahami bahwa kebahagiaan bukanlah tentang memiliki segala sesuatu, tetapi tentang merasa cukup dengan yang sudah ada.

Dari Yunani Kuno ke Dunia Modern: Stoicisme Zeno sebagai Panduan Hidup

Menghabiskan waktu di alam juga membuat kita belajar menerima ketidaksempurnaan. Sebuah pohon yang miring karena angin atau batu yang retak oleh waktu, semuanya tetap memiliki keindahan tersendiri. Dalam Stoikisme, ini dikenal sebagai konsep amor fati, atau mencintai takdir. Prinsip ini mengajarkan kita untuk menerima hidup dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Wisata JOMO memberikan ruang untuk merenungkan nilai-nilai ini. Tanpa gangguan notifikasi media sosial, kita belajar untuk benar-benar hadir. Aktivitas sederhana seperti berkemah di bawah langit berbintang, berjalan di tengah hutan, atau duduk di tepi danau menjadi pengalaman yang membumi, jauh dari tekanan dunia maya. Dalam keheningan itu, kita memiliki kesempatan untuk merenungkan prioritas hidup dan menumbuhkan rasa syukur atas hal-hal kecil.

Cara Stoikisme Mengusir Stres: Panduan Praktis dari Donald Robertson dan Jonas Salzgeber

Indonesia memiliki banyak destinasi yang cocok untuk wisata JOMO, tempat di mana kita bisa belajar langsung dari alam. Dari Ranu Kumbolo di kaki Gunung Semeru hingga Danau Toba yang megah, masing-masing menawarkan pengalaman unik untuk menyatukan diri dengan alam dan filosofi Stoikisme. Di sana, Anda akan menemukan keindahan yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga mengisi hati dengan ketenangan.

Menyatu dengan alam melalui wisata JOMO dan merenungkan nilai-nilai Stoikisme adalah cara yang bijaksana untuk melawan stres kehidupan modern. Dengan melambat, kita memberi ruang bagi diri untuk benar-benar hidup, bukan sekadar bertahan. Pada akhirnya, alam tidak hanya menjadi tempat pelarian, tetapi juga guru yang mengajarkan kebijaksanaan hidup.