Sektor Manufaktur Indonesia Terpukul, PMI Juli 2024 Kembali Kontraksi
- Image Creator/Handoko
Dampak Nilai Tukar yang Melemah: Kenaikan Harga Input
Selain faktor-faktor di atas, pelemahan nilai tukar rupiah juga turut berperan dalam menekan sektor manufaktur. Harga input meningkat menjadi 58,7 pada bulan Juli 2024, naik dari 59,5 pada bulan sebelumnya. Kenaikan harga ini secara langsung berdampak pada harga output yang juga mengalami peningkatan, mencapai 52,9 dari 51,9 pada bulan Juni 2024.
Turunnya permintaan tidak hanya berdampak pada produksi, tetapi juga pada penyerapan tenaga kerja. Pada bulan Juli 2024, laju penyerapan tenaga kerja turun menjadi 48,7 dari 50,1 pada bulan Juni 2024, mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja yang semakin sulit. Banyak laporan yang mengindikasikan bahwa kontrak karyawan tidak diperbarui, menambah kekhawatiran tentang stabilitas tenaga kerja di sektor manufaktur.
Optimisme Pelaku Usaha: Harapan di Tengah Tantangan
Meskipun sektor manufaktur menghadapi tantangan berat, tingkat optimisme pelaku usaha terhadap masa depan bisnis tetap terjaga. Indeks ekspektasi bisnis mencatat angka 75,4 pada bulan Juli 2024, naik signifikan dari 69,3 pada bulan sebelumnya. Optimisme ini mencerminkan keyakinan bahwa pasar akan membaik dan volume penjualan akan meningkat dalam 12 bulan ke depan.
Harapan ini terutama didorong oleh pandangan bahwa kondisi ekonomi global akan pulih, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan terhadap produk manufaktur Indonesia. Meskipun tantangan masih banyak, pelaku usaha percaya bahwa melalui inovasi dan efisiensi, sektor manufaktur Indonesia dapat bangkit dan kembali berkembang.
PMI Manufaktur ASEAN: Posisi Indonesia di Tengah Kawasan