JOMO dan Stoikisme: Kombinasi Harmonis untuk Ketenangan Jiwa dan Pikiran

Menikmati Wisata JOMO di Bali
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah dinamika era digital yang serba cepat dan penuh distraksi, semakin banyak individu mencari ketenangan dengan menepi sejenak dari arus hiruk-pikuk. Konsep Joy of Missing Out (JOMO) yang menekankan kebahagiaan dalam memilih untuk "ketinggalan" demi kebahagiaan batin, kini semakin relevan. Apalagi, ketika dipadukan dengan filosofi Stoikisme, JOMO menjadi lebih dari sekadar gaya hidup—ia menjadi jalan menuju ketenangan sejati.

Marcus Aurelius: Rintangan Adalah Jalan Itu Sendiri

Memahami JOMO dan Stoikisme

Apa Itu JOMO?

“Bersyukurlah atas Apa yang Kamu Miliki, Tetapi Jangan Menjadi Budak Keinginan yang Tak Berujung” – Massimo Pigliucci

JOMO adalah kebalikan dari Fear of Missing Out (FOMO). Jika FOMO memaksa seseorang untuk terus terhubung agar tidak merasa tertinggal, JOMO menawarkan kebebasan untuk memilih apa yang benar-benar bermakna tanpa tekanan sosial.

Prinsip Dasar Stoikisme

“Jangan Membuang Waktu Mengeluh. Gunakan Waktumu untuk Mencari Solusi.” – Filsafat Stoik Massimo Pigliucci

Stoikisme adalah filosofi yang berasal dari Yunani kuno yang menekankan pengendalian diri, kebijaksanaan, dan penerimaan atas hal-hal di luar kendali manusia. Fokus Stoikisme adalah:

  • Menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan.
  • Menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri.
  • Menerima realitas dengan tenang.
Halaman Selanjutnya
img_title