Renungan dari Marcus Aurelius: Menyambut Hidup dengan Kesadaran akan Kematian

Marcus Aurelius Kaisar Romawi dan Tokoh Stoikisme
Sumber :
  • thoughtco.com

“You could leave life right now. Let that determine what you do and say and think.” – Marcus Aurelius

Mark Tuitert: “Hambatan Bukan Penghalang, Melainkan Jalan untuk Tumbuh” — Pelajaran Berharga dari Juara Dunia

Jakarta, WISATA — Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan seperti sekarang, kalimat dari filsuf Romawi Marcus Aurelius di atas terasa seperti tamparan lembut yang mengajak kita berhenti sejenak dan merenung. Terjemahannya kira-kira berarti: "Kau bisa meninggalkan kehidupan saat ini juga. Biarkan hal itu menentukan apa yang kau lakukan, katakan, dan pikirkan." Sebuah kalimat sederhana, namun menyimpan kedalaman makna yang luar biasa.

Kutipan tersebut bukan sekadar ajakan untuk hidup dengan kesadaran penuh, tapi juga pengingat bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dimaknai sebagai bagian alami dari hidup. Dalam filsafat Stoa yang dianut Marcus Aurelius, konsep memento mori atau “ingatlah bahwa kamu akan mati” bukan ajakan untuk bersikap pesimis, tetapi justru sebuah undangan untuk hidup lebih baik, lebih jujur, dan lebih bermakna.

Mark Tuitert dan Pesan Kehidupan: “Ketika Kamu Merasa Kehilangan Arah, Kembalilah pada Nilai-Nilai Intimu”

Hidup Sadar di Era Modern

Di tengah era digital yang penuh dengan notifikasi, target, dan tekanan sosial media, banyak dari kita yang hidup terburu-buru. Kita sering terjebak dalam rutinitas tanpa sempat bertanya: Apakah ini yang benar-benar ingin saya lakukan? Apakah saya hidup sesuai dengan nilai-nilai saya sendiri?

Massimo Pigliucci: “Jika Kamu Ingin Menjalani Hidup yang Lebih Baik, Ubahlah Cara Berpikirmu” — Pelajaran dari Stoik

Kutipan Marcus Aurelius mengajak kita untuk mengatur ulang prioritas hidup. Bila kita benar-benar menyadari bahwa hidup ini bisa berakhir kapan saja, maka kita akan lebih selektif dalam memilih kata-kata, tindakan, bahkan pikiran. Kita akan mulai menjalani hidup dengan lebih autentik.

Alih-alih menghabiskan waktu pada hal-hal remeh, kita akan mulai memberi makna pada hubungan, pekerjaan, dan waktu luang kita. Kita akan lebih menghargai waktu bersama keluarga, lebih tulus dalam bersahabat, dan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan kita.

Halaman Selanjutnya
img_title