Konsepsi Golden Mean: Keseimbangan dalam Kebajikan Aristoteles dalam "Nikomakhos Etika"

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Malang, WISATA - Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno yang terkenal, mengajukan konsep Golden Mean dalam karyanya yang monumental, "Nikomakhos Etika." Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep Golden Mean, atau tengah emas, yang menurut Aristoteles adalah kunci untuk mencapai keseimbangan dalam praktik kebajikan, serta relevansinya dalam konteks kehidupan modern.

Kebajikan Tidak Diajarkan; Kebajikan Adalah Praktik

Pengertian Konsep Golden Mean

Konsep Golden Mean, atau tengah emas, merupakan ide bahwa kebajikan terletak di tengah-tengah antara dua ekstrem yang bertentangan. Aristoteles mengajarkan bahwa dalam setiap situasi, ada dua ekstrem yang harus dihindari: kelebihan (excess) dan kekurangan (deficiency). Menemukan titik tengah ini, atau Golden Mean, adalah kunci untuk mencapai kebajikan.

Mengenal Lebih Dekat Hubungan Pemikiran Al-Farabi dengan Etika Aristoteles

Contoh Konsep Golden Mean dalam "Nikomakhos Etika"

Dalam "Nikomakhos Etika," Aristoteles memberikan banyak contoh bagaimana konsep Golden Mean dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, keberanian adalah kebajikan yang berada di tengah-tengah antara pengecut dan pemberani berlebihan. Seseorang yang memiliki keberanian yang tepat akan dapat menghadapi tantangan tanpa menjadi gegabah atau takut.

Dari Aristoteles ke Ibnu Sina: Mengapa Filsafat Masih Penting di Zaman Modern?

Penerapan Konsep Golden Mean dalam Kehidupan

Penerapan konsep Golden Mean tidak hanya terbatas pada keberanian, tetapi dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Misalnya, dalam hal kebaikan, seseorang harus berusaha untuk tidak menjadi terlalu murah hati atau kikir. Demikian pula, dalam hal kemurahan hati, seseorang harus mencari keseimbangan antara kedermawanan dan kerakusan.

Halaman Selanjutnya
img_title