Kapak Batu yang Digali di Oman Berusia Lebih dari 300.000 Tahun, Mengungkap Pemahaman Awal Dunia

Kapak Batu yang Ditemukan di Oman
Sumber :
  • Institute of Archaeology of the CAS in Prague

Malang, Wisata – Institut Arkeologi Akademi Ilmu Pengetahuan Ceko (CAS) di Praha baru-baru ini menyelesaikan musim penggalian ketiganya di Oman, memimpin ekspedisi arkeologi inovatif yang mengungkap penemuan menarik yang mengungkap sejarah paling awal gurun pasir terbesar di dunia. 

Orang Suriah Kuno Mengikuti Pola Makan Mediterania yang Terbukti Mencegah Penyakit Jantung

Terdiri lebih dari 20 ahli geologi dan arkeolog, tim ini fokus pada wilayah gurun yang belum dipetakan di Kesultanan Oman, dengan dua tim beroperasi di provinsi terpisah. Para peneliti bertujuan untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi di bawah lanskap gersang. 

Dilansir dari ulukayin.org, para arkeolog menemukan kapak batu, cangkang telur, sisa-sisa kerangka, dan beberapa pahatan batu. Selain itu, mereka juga menemukan dasar sungai kuno yang memberikan petunjuk tentang iklim di wilayah tersebut. 

200 Kerangka 'Raksasa' Kuno telah Ditemukan di Cayuga, Kanada

Eksplorasi lebih lanjut di kawasan tersebut mengungkap sisa-sisa masa lalu yang menarik lainnya, termasuk cangkang telur burung unta yang telah punah, memberikan wawasan tentang fauna purba yang pernah berkeliaran di kawasan tersebut. Tim juga menemukan bukit pasir fosil dan dasar sungai tua, yang menunjukkan masa ketika iklim di Arab jauh lebih basah. Dengan menggunakan empat metode penanggalan yang berbeda, para ilmuwan mampu merekonstruksi iklim dan sejarah gurun pasir yang luas ini. 

Seiring kemajuan tim, mereka menemukan trilit, monumen batu misterius yang mirip dengan Stonehenge tetapi dalam skala yang lebih kecil. Struktur ritual yang berusia sekitar dua ribu tahun yang lalu ini menimbulkan pertanyaan tentang tujuan mereka dan peradaban yang mendirikannya. Melalui penanggalan radiokarbon dan analisis spatio-temporal, para peneliti berharap dapat mengungkap misteri seputar monumen kuno tersebut dan menjelaskan budaya yang berkembang di Arab selatan pada era tersebut.

TIMNAS SENIOR INDONESIA: Alhamdulillah, Indonesia Akhirnya Lolos Babak 16 Besar Piala Asia 2023

Di provinsi Duqm, tim ekspedisi kedua berfokus pada kuburan Neolitikum yang berasal dari 7.000-6.600 tahun yang lalu, berisi sisa-sisa kerangka beberapa lusin individu di dalam dua ruang pemakaman melingkar yang tersembunyi di dalam struktur megalitik. Tim tersebut berencana untuk melakukan analisis isotop pada cangkang, tulang dan gigi, serta mendapatkan wawasan tentang pola makan populasi yang terkubur, lingkungan alam dan kemungkinan migrasi, sehingga berkontribusi pada pemahaman kita tentang adaptasi manusia terhadap perubahan iklim pada masa tersebut. 

Di sebelah kuburan terdapat koleksi ukiran batu yang luar biasa, yang berfungsi sebagai catatan bergambar pemukiman mulai dari 7.000 tahun yang lalu hingga 1.000 tahun yang lalu. Para peneliti juga menyelidiki situs-situs di mana perkakas batu diproduksi pada Zaman Batu Akhir, memberikan bukti lebih lanjut mengenai aktivitas manusia purba di wilayah tersebut.

Dengan memanfaatkan teknik ilmiah canggih seperti penanggalan radiokarbon dan penanggalan radionuklida kosmogenik, tim arkeolog dan ahli geologi internasional ini mengungkap rahasia gurun Oman. Melalui upaya terobosan mereka, mereka secara bertahap mengungkap pemahaman yang lebih komprehensif tentang awal mula kisah dunia kita.

Menurut para peneliti, temuan ini penting tidak hanya bagi para arkeolog dan ahli geologi, tetapi juga bagi masyarakat umum. Mereka memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang evolusi spesies manusia dan sejarah alam planet ini. Selain itu, mereka mengingatkan masyarakat akan kekayaan dan kompleksitas warisan budaya bersama.

Migrasi Homo erectus melalui Jazirah Arab merupakan topik yang sangat menarik dalam bidang arkeologi dan antropologi. Semenanjung Arab memainkan peran penting dalam perpindahan hominid awal keluar dari Afrika dan diyakini kuat bahwa Homo erectus memanfaatkan jalur ini untuk mencapai Asia dan sekitarnya. 

Homo erectus diperkirakan berasal dari Afrika sekitar 1,8 hingga 2 juta tahun yang lalu. Spesies manusia purba ini menunjukkan peningkatan yang nyata dalam ukuran dan kompleksitas otak serta mampu menggunakan perkakas dan api. Sekitar 1,5 juta tahun yang lalu, Homo erectus mulai menyebar ke luar Afrika, dengan Semenanjung Arab menjadi pintu gerbang penting ke Asia. 

Migrasi Homo erectus keluar Afrika diyakini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk perubahan lingkungan dan tekanan populasi. Ketersediaan sumber daya dan wilayah baru mungkin juga berperan dalam proses ini. 

Jazirah Arab menyediakan jembatan darat alami antara Afrika dan Asia, menjadikannya jalur yang logis untuk dilalui manusia purba. Selain itu, selama periode ini, iklim di wilayah tersebut relatif sejuk dan lembab, sehingga memudahkan perjalanan melintasi semenanjung dan membuatnya lebih ramah lingkungan bagi Homo erectus.

Gagasan bahwa Homo erectus menggunakan Semenanjung Arab sebagai jalur migrasi didukung oleh bukti arkeologi. Peralatan batu dan temuan lainnya telah ditemukan di berbagai lokasi di semenanjung, sejak periode Pleistosen awal. Temuan ini mirip dengan yang ditemukan di Afrika dan Asia, yang diyakini diciptakan oleh Homo erectus. Oleh karena itu, Homo erectus dianggap bertanggung jawab atas penciptaan mereka. 

Gurun Nefud di Arab Saudi adalah salah satu situs terpenting untuk memahami migrasi Homo erectus melalui Semenanjung Arab. Daerah ini berisi banyak situs arkeologi penting, termasuk Saffaqah, tempat para peneliti menemukan bukti aktivitas manusia purba sekitar 1,3 juta tahun yang lalu.