Socrates: Pendidikan Bukanlah Mengisi Bejana Kosong, Tetapi Menyalakan Api
- Image Creator Bing/Handoko
Malang, WISATA — Di tengah perdebatan panjang soal kurikulum, ujian standar, dan sistem pendidikan nasional, satu kutipan dari filsuf Yunani kuno Socrates terasa seperti cahaya di tengah kabut:
“Pendidikan bukanlah mengisi bejana kosong, tetapi menyalakan api.”
Kalimat ini bukan sekadar metafora indah, melainkan filosofi mendalam yang menantang cara kita memandang proses belajar. Socrates tidak melihat murid sebagai wadah pasif yang hanya menampung isi kepala guru, melainkan sebagai jiwa yang harus disulut semangatnya, dipantik rasa ingin tahunya, dan dinyalakan hasrat berpikir kritisnya.
Siapa Socrates?
Socrates (470–399 SM) adalah seorang filsuf besar dari Athena yang dikenal luas sebagai bapak filsafat Barat. Meski tak pernah menulis satu buku pun, pemikirannya diabadikan melalui tulisan murid-muridnya, terutama Plato.
Socrates adalah tokoh yang mengubah cara manusia berpikir, bukan dengan memberi jawaban, tapi dengan bertanya. Ia percaya bahwa kebenaran tidak bisa sekadar diturunkan dari atas, tapi harus digali lewat dialog dan refleksi mendalam.
Dalam dunia pendidikan, gagasan Socrates menjadi revolusioner: pendidikan bukan tentang memberi tahu, tetapi membangkitkan.
Pendidikan sebagai Proses Menyalakan Api