Aurelius Menyikapi Kebencian dan Kritik: Bisa Kita Tiru!

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Dihujat, dikritik, bahkan dikhianati, Marcus Aurelius tetap tenang. Rahasianya? Filsafat dan penguasaan diri yang bisa kita pelajari.

5 Prinsip Hidup Stoik Ryan Holiday yang Wajib Kamu Coba – Rahasia Tetap Tenang, Produktif, dan Tangguh di Dunia Modern

Jakarta, WISATA – Dunia modern yang penuh opini, komentar pedas, dan tekanan publik sering membuat orang cepat terbakar emosi. Hanya satu unggahan di media sosial bisa memicu badai kritik. Namun fenomena ini bukanlah hal baru. Dua ribu tahun lalu, seorang kaisar Romawi bernama Marcus Aurelius juga mengalami tekanan, pengkhianatan, dan kritik tajam—baik dari dalam istana maupun dari rakyatnya sendiri.

Namun alih-alih membalas dengan kemarahan atau membungkam para pengkritiknya, Marcus memilih jalan yang berbeda: ketenangan, pengendalian diri, dan kebijaksanaan. Cara dia menyikapi kebencian dan kritik menjadi contoh luar biasa tentang bagaimana seharusnya kita bereaksi di era digital yang bising dan reaktif.

Ryan Holiday dan Strategi Hidup Tanpa Drama, Tanpa Komplain – Resep Stoik untuk Tetap Tenang di Tengah Kekacauan

Mengapa Marcus Tidak Mudah Terpancing Emosi?

Marcus Aurelius adalah pemimpin yang memegang teguh prinsip Stoisisme, filsafat yang menekankan pada kendali atas pikiran dan sikap pribadi, bukan peristiwa luar. Ketika orang lain menyerang atau menghina, ia tidak langsung bereaksi. Sebaliknya, ia bertanya pada dirinya sendiri: "Apakah ini benar? Apakah ini penting? Apakah ini pantas untuk membuatku marah?"

Seneca: Tak Ada yang Menjadi Bijak karena Kebetulan

“When someone does you wrong, immediately consider what notion of good or evil they had in doing it.”
(Ketika seseorang menyakitimu, pikirkan segera: seperti apa pandangan mereka tentang baik dan buruk sehingga mereka bertindak seperti itu.)

Marcus percaya bahwa orang bertindak berdasarkan pemahamannya sendiri. Jadi, alih-alih marah, dia mencoba memahami. Ini bukan berarti membiarkan orang berlaku semena-mena, tapi menunjukkan bahwa memahami lebih kuat daripada menghakimi.

Halaman Selanjutnya
img_title