Anak-anak Budak Pribumi yang Terlupakan di Prancis Baru Terungkap dalam Sebuah Penelitian Baru
- meer.com
Malang, WISATA – Catatan sejarah antara tahun 1632 dan 1760 menunjukkan kenyataan yang mengerikan: 734 anak Pribumi diperbudak di koloni Prancis di Amerika Utara. Anak-anak ini, yang dipisahkan dari keluarga mereka dan diangkut jauh, menjadi sasaran sistem di mana mereka dianggap sebagai komoditas yang dapat dibeli, dijual dan digunakan sebagai tenaga kerja. Sejarawan Quebec Dominique Deslandres menyoroti halaman yang sebagian besar terlupakan ini dalam sejarah Kanada dalam dua penelitian terkini.
Sementara perbudakan di antara masyarakat Pribumi sudah ada sebelum adanya kontak dengan orang Eropa, Prancis dan kemudian Inggris, memperkenalkan bentuk yang lebih kaku dan permanen berdasarkan hukum Romawi, yaitu seorang anak yang lahir dari ibu budak secara otomatis menjadi budak itu sendiri. Ini berbeda dari budaya Pribumi, di mana perbudakan tidak diwariskan dari orang tua ke anak dan sering kali bersifat sementara atau simbolis.
Deslandres, seorang profesor di Université de Montréal, mencatat bahwa sejarah perbudakan di Montreal (saat itu Ville-Marie) telah lama menjadi subjek yang diabaikan. Artikel-artikelnya baru-baru ini tidak hanya mengungkap skala perbudakan di koloni itu tetapi juga dampaknya yang merusak—terutama pada anak-anak.
Sejarawan Marcel Trudel pernah memperkirakan ada sekitar 4.000 budak di Prancis Baru. Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa jumlah sebenarnya bisa mencapai 10.000. Dari mereka yang telah diidentifikasi berdasarkan usia, hampir setengahnya berusia di bawah 12 tahun saat terakhir tercatat. Di Montreal saja, 430 dari 947 budak yang diidentifikasi adalah anak-anak Pribumi di bawah usia 12 tahun.
Anak-anak ini, yang saat itu dikenal dengan istilah kolonial Prancis panis atau panisse, kehilangan identitas mereka. Mereka hanya memiliki nama depan atau memperoleh nama belakang pemiliknya, sebuah praktik yang tidak manusiawi yang menghilangkan asal-usul mereka dan berkontribusi pada apa yang disebut Deslandres sebagai 'kematian sosial'.
Statistik menunjukkan bahwa setengah dari anak laki-laki Pribumi yang diperbudak meninggal sebelum usia 17 tahun selama rezim Prancis dan usia rata-rata menurun menjadi hanya 11 tahun di bawah rezim Inggris. Di antara anak perempuan, usia rata-rata kematian turun dari 21 menjadi 13 tahun selama periode yang sama. Pola-pola ini merupakan karakteristik penyebab selain penyakit—penganiayaan, kondisi yang keras dan pengabaian kemungkinan besar merupakan faktor-faktor yang signifikan.
Anak-anak Tidak Luput dari Perbudakan
- artofit.org