Filsafat Stoik Marcus Aurelius: Jalan Bijak Menghadapi Dunia yang Kacau
- Cuplikan Layar
Di tengah zaman yang penuh ketidakpastian, filosofi kuno Marcus Aurelius hadir sebagai kompas moral dan mental yang menuntun kita tetap tegak berdiri.
Jakarta, WISATA – Dunia kita saat ini berada dalam pusaran kekacauan: krisis iklim, ketegangan geopolitik, krisis ekonomi, disinformasi digital, hingga tekanan media sosial. Banyak orang merasa lelah, cemas, dan kehilangan arah. Di tengah kebisingan zaman yang menguras jiwa, muncul kembali ajaran seorang kaisar dari dua milenium lalu: Marcus Aurelius, tokoh Stoik yang justru makin relevan di zaman modern.
Marcus Aurelius bukan hanya penguasa Kekaisaran Romawi, tetapi juga filsuf sejati. Ia menulis Meditations—sebuah kumpulan pemikiran pribadi tentang hidup, tanggung jawab, kematian, dan moralitas. Tanpa niat untuk dipublikasikan, tulisannya justru menjadi pedoman universal tentang cara bersikap bijak, tenang, dan kuat di tengah kekacauan dunia.
Dunia Memang Kacau, Tapi Kita Tak Harus Ikut Kacau
Marcus hidup di masa sulit: perang berkepanjangan, wabah penyakit, dan ketegangan politik di dalam istananya sendiri. Namun, ia tidak kehilangan arah. Ia tidak membiarkan kekacauan luar mempengaruhi ketenangan batinnya. Inilah salah satu esensi Stoisisme:
"You have power over your mind – not outside events. Realize this, and you will find strength."
(Kamu memiliki kuasa atas pikiranmu—bukan atas peristiwa di luar dirimu. Sadarilah ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.)
Ketika dunia di sekitar kita berubah dengan cepat dan tak terduga, kita sering merasa kehilangan kendali. Marcus mengingatkan bahwa kendali sejati terletak dalam reaksi dan cara berpikir kita. Dunia boleh kacau, tetapi pikiran kita bisa tetap tenang jika dilatih dengan bijak.