Marcus Aurelius dan Seni Mengendalikan Emosi dalam Hidup
- Traderu
Salah satu penyebab utama emosi meledak adalah ekspektasi yang tidak realistis terhadap orang lain. Kita berharap mereka bertindak sesuai keinginan kita. Ketika itu tidak terjadi, kita frustrasi. Stoikisme mengajarkan kita untuk mengubah fokus ke dalam: membenahi sikap dan respon kita sendiri, bukan mencoba mengubah dunia.
5. Marah Itu Manusiawi, Tapi Mengendalikannya Itu Bijak
Stoikisme bukan berarti menjadi robot yang tidak merasakan apapun. Marcus Aurelius pun pernah merasa marah, kecewa, dan sedih. Tapi ia melatih diri untuk tidak larut dalam emosi tersebut. Dalam catatannya, ia menuliskan:
“How much more harmful are the consequences of anger than the circumstances that aroused them.”
(Betapa lebih berbahayanya akibat dari kemarahan dibandingkan situasi yang menyebabkannya.)
Kemarahan bisa membuat kita mengambil keputusan buruk, melukai orang lain, dan menyesal di kemudian hari. Maka, mengendalikan emosi adalah bentuk perlindungan diri dan orang lain.
6. Jeda Sebelum Bereaksi