10 Pelajaran Hidup dari Marcus Aurelius yang Relevan di Era Modern
- Cuplikan layar
Jakarta, WISATA - Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi sekaligus filsuf Stoik dari abad ke-2 Masehi, mungkin telah hidup lebih dari 1.800 tahun lalu. Namun, ajaran-ajaran bijaknya tetap hidup hingga hari ini. Buku catatan pribadinya, Meditations, menjadi salah satu karya filsafat paling berpengaruh sepanjang sejarah. Uniknya, catatan tersebut bukan ditulis untuk khalayak umum, melainkan sebagai pengingat pribadi agar ia terus hidup dengan kebijaksanaan, ketenangan, dan kesadaran diri.
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, nasihat Marcus Aurelius justru terasa semakin relevan. Dari cara mengelola emosi hingga memahami makna kebahagiaan sejati, ajaran Stoik ini memberi kita panduan untuk menjalani hidup yang lebih tenang dan bermakna.
Berikut adalah 10 pelajaran hidup dari Marcus Aurelius yang tetap relevan di era modern:
1. Kendalikan Apa yang Bisa Kamu Kendalikan
Salah satu inti ajaran Stoik adalah membedakan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Marcus Aurelius menulis, “Kebahagiaanmu tergantung pada kualitas pikiranmu.” Artinya, bukan kejadian di luar sana yang menentukan ketenangan kita, melainkan bagaimana kita menyikapinya. Di dunia yang penuh distraksi dan tekanan sosial, mengalihkan fokus pada hal yang bisa kita kendalikan—seperti respons dan pikiran kita—adalah kekuatan sejati.
2. Waktu Itu Terbatas, Gunakan dengan Bijak
Marcus Aurelius mengingatkan, “Jangan bertindak seolah kamu akan hidup 10.000 tahun.” Di era sekarang, di mana kita mudah larut dalam media sosial dan hiburan tanpa henti, nasihat ini sangat tepat. Setiap detik adalah kesempatan berharga untuk hidup dengan penuh makna—mencintai, belajar, mencipta, dan melayani.
3. Jangan Tertipu oleh Pendapat Orang Lain
Meskipun kita hidup di zaman “like” dan komentar, Marcus Aurelius mengajarkan pentingnya nilai diri yang datang dari dalam, bukan dari pengakuan orang lain. “Mengapa engkau lebih menghargai pendapat orang lain tentang dirimu, daripada pendapatmu sendiri?” tulisnya. Pesan ini mendorong kita untuk lebih percaya diri dan hidup sesuai prinsip kita sendiri, bukan menurut ekspektasi sosial.
4. Terima Apa yang Tak Bisa Diubah
Dalam menghadapi cobaan hidup, Marcus menulis, “Terimalah apa yang diberikan takdir dengan sepenuh hati.” Daripada meratapi kenyataan, ia mengajak kita untuk berdamai dan mencari makna. Di tengah pandemi, PHK, atau kegagalan pribadi, pelajaran ini menjadi kekuatan untuk bangkit dan tetap bersyukur.