“Kamu Menjadi Apa yang Kamu Perhatikan” – Makna Mendalam Epictetus yang Relevan di Era Digital

Epictetus Filsuf Stoik
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Salah satu prinsip utama Stoikisme adalah membedakan antara hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak. Perhatian — menurut Epictetus — adalah sepenuhnya dalam kendali kita. Kita bisa memilih untuk menaruh perhatian pada hal-hal bermakna, atau membiarkannya tersedot oleh kebisingan dunia luar.

Seneca: Mulailah Hidup Sekarang, dan Anggap Setiap Hari sebagai Satu Kehidupan

Dalam konteks saat ini, ajaran ini bisa kita terapkan dengan menyadari bagaimana kita menggunakan waktu di internet. Apakah kita lebih banyak menyerap konten yang memberi inspirasi, wawasan, dan kebijaksanaan? Ataukah kita menghabiskan waktu scroll tanpa arah dan terjebak dalam algoritma yang justru membuat kita merasa kurang?

Efek Jangka Panjang dari Perhatian yang Salah

Seneca: Hidup Ini Tidak Singkat, Kita Saja yang Sering Menyia-nyiakannya

Kebanyakan orang tidak sadar bahwa perhatian yang salah arah bisa mengikis kesehatan mental secara perlahan. Ketika kita terus-menerus memerhatikan kekurangan diri sendiri karena membandingkan hidup dengan influencer di media sosial, kita jadi rentan terhadap kecemasan, rasa tidak cukup, bahkan depresi.

Epictetus ingin kita mengambil alih kendali atas pikiran sendiri. Jika kita memberi perhatian pada rasa syukur, kebajikan, ketabahan, dan pemahaman, maka kita sedang membentuk fondasi mental yang kuat dan sehat.

Seneca: Hidup Ini Panjang, Jika Kamu Tahu Cara Menggunakannya

“Jiwa menjadi sesuai dengan kebiasaan berpikirnya,” tulis Epictetus dalam ajarannya.

Jadi, jika kita terbiasa memerhatikan hal-hal positif dan bermakna, perlahan-lahan kita akan menjadi pribadi yang lebih damai, fokus, dan tangguh.

Halaman Selanjutnya
img_title