‘A Guide to the Good Life’: Panduan Menjalani Hidup dengan Sederhana dan Bahagia

William B. Irvine
Sumber :
  • Tangkapan Layar

Malang, WISATA – Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tekanan, kesibukan, dan ekspektasi tak berujung, muncul pertanyaan besar: Bagaimana cara menjalani hidup yang bahagia dan bermakna? Jawaban atas pertanyaan ini ditawarkan oleh filsuf kontemporer William B. Irvine melalui bukunya yang banyak dibicarakan, A Guide to the Good Life: The Ancient Art of Stoic Joy.”

Pierre Hadot dan Makna Kedamaian Batin: Filosofi Kuno yang Masih Relevan di Zaman Modern

Buku ini bukan hanya panduan filsafat biasa, melainkan panduan praktis untuk mencapai ketenangan batin dan kebahagiaan sejati melalui pendekatan Stoikisme—filsafat kuno yang kembali relevan di abad ke-21. Irvine membumikan ajaran-ajaran dari para filsuf Stoik seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius agar mudah dipahami oleh pembaca masa kini.

Menemukan Ketenangan Lewat Stoikisme

"Filsafat Tidak Dilahirkan dari Rasa Ingin Tahu, tetapi dari Rasa Cemas": Pesan Mendalam Pierre Hadot

Dalam A Guide to the Good Life, Irvine menjelaskan bahwa manusia modern sering terjebak dalam lingkaran tak berujung: mengejar kebahagiaan eksternal, namun tak pernah benar-benar merasa puas. Ia mengajak pembaca untuk mengubah cara pandang mereka terhadap kehidupan. Menurutnya, ketenangan batin (tranquility) adalah bentuk kebahagiaan tertinggi yang bisa dicapai manusia.

Stoikisme bukan berarti menolak emosi, tetapi belajar memahami dan mengelola emosi agar tidak menjadi korban keadaan. Dalam menghadapi kegagalan, kehilangan, atau komentar negatif dari orang lain, Stoikisme mengajarkan untuk tidak reaktif, tetapi tetap tenang dan sadar akan apa yang bisa dikendalikan.

Pierre Hadot: “Filsafat adalah Pilihan Eksistensial yang Menuntut Transformasi Cara Hidup”

Visualisasi Negatif: Seni Bersyukur Lewat Perspektif Kehilangan

Salah satu strategi Stoik yang diangkat Irvine dalam bukunya adalah negative visualization atau visualisasi negatif. Strategi ini mungkin terdengar kontradiktif, tetapi sangat efektif. Dengan membayangkan kemungkinan terburuk—seperti kehilangan orang terkasih atau pekerjaan—kita justru akan merasa lebih bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini.

Halaman Selanjutnya
img_title