Epictetus: “Tuhan Telah Mempercayakan Diriku kepada Diriku Sendiri”
- Image Creator Grok/Handoko
Dengan menyadari bahwa Tuhan telah mempercayakan diri ini kepada kita, kita akan berpikir dua kali sebelum membiarkan emosi liar menguasai, atau keputusan impulsif merusak hidup. Kita belajar untuk berhenti menyalahkan orang lain, keadaan, bahkan nasib. Sebaliknya, kita mengambil alih kendali atas bagaimana kita berpikir, berbicara, dan bertindak.
Mengasuh Diri Seperti Menjaga Amanah
Jika hidup ini adalah sebuah amanah dari Tuhan, maka sudah sepantasnya kita menjaganya dengan penuh hormat. Menjaga tubuh dari kerusakan, menjaga pikiran dari keraguan yang melemahkan, dan menjaga hati dari kebencian dan ketamakan. Dalam konteks modern, ini bisa diterjemahkan menjadi gaya hidup sehat, disiplin dalam pekerjaan, etika dalam pergaulan, dan introspeksi yang berkelanjutan.
Dengan begitu, hidup kita tidak menjadi reaktif dan tak terarah, melainkan dijalani dengan kesadaran dan keteguhan moral. Kita menjadi pribadi yang stabil, tenang, dan bijaksana—karena kita sadar siapa pemilik dan penjaga sejati dari hidup kita: kita sendiri.
Membangun Kehidupan yang Berakar pada Nilai
Orang-orang yang benar-benar menghayati pesan Epictetus ini akan hidup berdasarkan prinsip, bukan impuls. Mereka tidak mudah tergoda oleh popularitas sesaat atau keuntungan jangka pendek. Mereka memiliki kompas moral yang jelas karena tahu bahwa pada akhirnya, yang harus mereka pertanggungjawabkan bukanlah penilaian orang, tetapi suara hati dan kepercayaan ilahi yang telah diberikan pada mereka.
Menjalani hidup seperti ini bukan berarti mudah. Tapi justru dalam perjuangan menjaga diri sendiri inilah, kebebasan dan kebahagiaan sejati bisa ditemukan.