Seneca: Butuh Sepanjang Hidup untuk Belajar Hidup, dan Belajar Mati
- Image Creator/Handoko
Seneca tidak menganjurkan kita untuk bersikap muram atau pesimis. Sebaliknya, ia ingin kita menjalani hidup dengan penuh makna karena sadar bahwa waktu kita terbatas. Mereka yang paling siap mati adalah mereka yang sudah benar-benar menjalani hidup—bukan dengan penyesalan, tetapi dengan penerimaan.
Kematangan Jiwa dan Filosofi Stoik
Dalam filsafat Stoik, hidup yang baik adalah hidup yang sejalan dengan kebajikan: kejujuran, keberanian, kesederhanaan, dan kebijaksanaan. Orang yang bijak menurut Seneca adalah mereka yang tahu bahwa hidup bukan untuk dihabiskan dalam keserakahan atau kesia-siaan, melainkan untuk tumbuh dan memberi makna bagi sesama.
Dengan memahami bahwa kita sedang belajar hidup setiap hari, kita menjadi lebih terbuka untuk memperbaiki diri. Dan dengan menyadari bahwa kita juga sedang belajar mati, kita menjadi lebih ringan menjalani hidup, tanpa terlalu melekat pada hal-hal duniawi.
Refleksi untuk Kehidupan Modern
Di era modern yang serba cepat dan kompetitif, ajaran Seneca ini terdengar seperti alarm pengingat. Kita sering terjebak dalam rutinitas tanpa benar-benar bertanya: apakah kita sungguh menjalani hidup, atau hanya melaluinya?
Banyak orang sibuk menunda kebahagiaan, berharap suatu saat akan “benar-benar hidup”. Tapi hidup tidak menunggu. Seperti kata Seneca, proses memahami hidup dan mati berlangsung terus menerus—dan baru akan selesai ketika napas terakhir kita berhenti.