Marcus Aurelius: “Malapetaka yang Dilahirkan dengan Mulia Adalah Keberuntungan”
- Image Creator Bing/Handoko
Sebaliknya, kita dapat belajar, bertumbuh, dan menjadi pribadi yang lebih kuat serta bijaksana dari setiap kesulitan yang kita lalui. Sikap ini adalah inti dari filosofi Stoik yang menempatkan pengendalian diri dan penerimaan sebagai jalan menuju ketenangan batin.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan seseorang yang mengalami kegagalan dalam karier atau kehilangan orang terkasih. Jika ia terpuruk dan menyerah pada keputusasaan, maka malapetaka itu bisa menjadi beban yang menghancurkan hidupnya. Namun, jika ia mampu menerima kenyataan tersebut dengan kepala tegak, belajar dari pengalaman, dan tetap menjalani hidup dengan integritas, maka kegagalan dan kehilangan itu justru menjadi keberuntungan dalam bentuk pertumbuhan pribadi.
Misalnya, banyak tokoh dunia yang mengalami kegagalan besar sebelum akhirnya mencapai keberhasilan gemilang, karena mereka menghadapi kesulitan dengan sikap mulia dan pantang menyerah.
Relevansi Filosofi Marcus Aurelius di Era Modern
Di zaman yang penuh ketidakpastian dan perubahan cepat ini, kita semua tidak lepas dari ujian dan malapetaka. Pesan Marcus Aurelius mengingatkan kita bahwa keberuntungan tidak selalu datang dalam bentuk keberhasilan instan atau kemudahan, melainkan juga dalam kemampuan kita menghadapi tantangan dengan sikap mulia.
Bagi masyarakat Indonesia, yang tengah berjuang membangun bangsa dengan berbagai dinamika sosial dan ekonomi, filosofi ini sangat relevan. Menghadapi tantangan dengan integritas dan semangat pantang menyerah adalah kunci untuk meraih keberuntungan sejati.