Epictetus: Rintangan Boleh Menghambat Tubuh, Tapi Tidak Kehendak
- Cuplikan layar
Epictetus menolak gagasan bahwa manusia adalah korban dari nasib. Ia percaya bahwa setiap orang bisa memilih untuk menjalani hidup dengan martabat, integritas, dan keteguhan, tidak peduli seberapa buruk kondisi luarnya.
Latihan Harian untuk Jiwa yang Tangguh
Epictetus mengajak kita untuk menjadikan kesadaran ini sebagai latihan harian. Setiap kali kita menghadapi tantangan, tanyakan pada diri: “Apa yang sebenarnya terhambat? Apakah jiwaku ikut lumpuh? Ataukah hanya tubuhku yang sedang diuji?”
Dengan pertanyaan ini, kita mulai membangun mentalitas tangguh. Kita tidak lagi mudah dikalahkan oleh sakit, penolakan, atau kegagalan. Kita belajar membedakan antara penderitaan fisik dan kekuatan batin.
Penutup: Kebebasan Sejati Ada di Dalam
Pada akhirnya, ajaran Epictetus menyentuh pada inti Stoisisme: bahwa kebebasan sejati adalah kebebasan batin. Tubuh kita bisa dibatasi, dunia bisa tidak adil, tetapi selama kita menjaga kehendak dan sikap, kita tetap merdeka.
Kutipan ini adalah pengingat kuat bahwa siapa pun kita, dalam kondisi apa pun, tetap punya kuasa atas diri kita. Dan selama kita memilih untuk tetap tegar, maka tidak ada rintangan yang benar-benar mampu menjatuhkan kita.