Epictetus: Rintangan Boleh Menghambat Tubuh, Tapi Tidak Kehendak

Epictetus
Sumber :
  • Cuplikan layar

Epictetus menolak gagasan bahwa manusia adalah korban dari nasib. Ia percaya bahwa setiap orang bisa memilih untuk menjalani hidup dengan martabat, integritas, dan keteguhan, tidak peduli seberapa buruk kondisi luarnya.

Seneca: Filsuf Kaya Raya yang Menulis tentang Kesederhanaan, Apakah Ia Munafik?

Latihan Harian untuk Jiwa yang Tangguh

Epictetus mengajak kita untuk menjadikan kesadaran ini sebagai latihan harian. Setiap kali kita menghadapi tantangan, tanyakan pada diri: “Apa yang sebenarnya terhambat? Apakah jiwaku ikut lumpuh? Ataukah hanya tubuhku yang sedang diuji?”

Kekayaan Sejati Menurut Naval Ravikant: Bebas Waktu dan Pikiran, Bukan Sekadar Uang

Dengan pertanyaan ini, kita mulai membangun mentalitas tangguh. Kita tidak lagi mudah dikalahkan oleh sakit, penolakan, atau kegagalan. Kita belajar membedakan antara penderitaan fisik dan kekuatan batin.

Penutup: Kebebasan Sejati Ada di Dalam

Definisi Kaya Menurut Naval Ravikant: Hidup Sesuai Keinginan, Bukan Pamer Harta

Pada akhirnya, ajaran Epictetus menyentuh pada inti Stoisisme: bahwa kebebasan sejati adalah kebebasan batin. Tubuh kita bisa dibatasi, dunia bisa tidak adil, tetapi selama kita menjaga kehendak dan sikap, kita tetap merdeka.

Kutipan ini adalah pengingat kuat bahwa siapa pun kita, dalam kondisi apa pun, tetap punya kuasa atas diri kita. Dan selama kita memilih untuk tetap tegar, maka tidak ada rintangan yang benar-benar mampu menjatuhkan kita.