Marcus Aurelius: Hidupkan Harimu Seakan Itu yang Terakhir

Marcus Aurelius
Sumber :
  • Cuplikan layar

Jakarta, WISATA – Pernahkah kamu menjalani hari seperti robot, tanpa arah, hanya mengikuti rutinitas? Atau membiarkan emosi menguasai keputusan, hingga akhirnya menyesal? Filsuf Romawi dan Kaisar terkenal, Marcus Aurelius, punya pesan kuat yang masih relevan hingga kini: hidupkan setiap hari seakan itu adalah hari terakhirmu.

“Kamu Menjadi Apa yang Kamu Perhatikan” – Makna Mendalam Epictetus yang Relevan di Era Digital

Dalam salah satu kutipan terkenalnya, Marcus menulis:

“Ya, kamu bisa—jika kamu melakukan segala sesuatu seakan itu adalah hal terakhir yang kamu lakukan dalam hidupmu, dan berhenti tidak punya arah, berhenti membiarkan emosi mengalahkan logika, berhenti bersikap munafik, egois, dan mudah tersinggung.”

Mengapa Ajaran Epictetus Jadi Panduan Hidup Milenial Hari Ini?

Lakukan Setiap Hal dengan Kesungguhan

Marcus tidak sedang memintamu untuk hidup dalam ketakutan akan kematian, tetapi untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan tujuan. Setiap tindakan, kata, dan keputusan perlu dilakukan dengan niat dan semangat terbaik—seakan tidak ada lagi kesempatan berikutnya.

Bagaimana Cara Menjaga Jiwa Tetap Damai di Dunia yang Kacau? Ini Jawaban Stoik dari Massimo Pigliucci

Saat kita menganggap hari ini sebagai hari terakhir, kita akan:

  • Lebih jujur pada diri sendiri
  • Lebih peduli pada orang lain
  • Lebih tegas terhadap pilihan dan waktu
  • Tidak menunda kebaikan

Berhenti Menjadi Orang yang Mengambang

Kebanyakan orang menjalani hidup seperti perahu tanpa arah. Setiap hari terasa biasa, tanpa makna. Marcus memperingatkan agar kita tidak menjalani hidup tanpa tujuan yang jelas. Ia mengajak kita untuk sadar akan arah hidup dan tidak hanya ‘ikut arus’.

“Stop being aimless,” tulisnya. Berhenti menjadi tanpa arah. Mulailah hari dengan pertanyaan: “Apa yang ingin aku capai hari ini dengan sepenuh hati?”

Kendalikan Emosi, Dengarkan Akal Sehat

Dalam dunia yang penuh tekanan dan distraksi, mudah sekali terbawa emosi—marah, iri, kecewa. Marcus mengingatkan agar kita tidak membiarkan emosi mengalahkan akal sehat. Logika dan hati nurani perlu memimpin, bukan amarah atau keinginan sesaat.

Ketika kita mulai merasa tersinggung atau ingin menyerah, tanya pada diri sendiri: “Apakah ini reaksi yang terbaik? Apa aku benar-benar harus bertindak seperti ini?”

Jangan Jadi Munafik, Egois, atau Mudah Tersinggung

Kritik tajam lainnya dari Marcus adalah tentang sikap tidak tulus dan terlalu mementingkan diri sendiri. Ia menyebut bahwa untuk bisa hidup secara utuh, kita harus melepaskan kemunafikan, egoisme, dan sifat mudah tersinggung.

Bersikap jujur, terbuka, dan bersedia belajar dari orang lain adalah fondasi penting bagi kehidupan yang bermakna.

Kesimpulan: Kamu Bisa, Jika Kamu Mau

Pesan dari Marcus Aurelius bukan sekadar motivasi kosong. Ia berbicara dari pengalaman sebagai seorang pemimpin besar yang hidup di masa penuh gejolak. Ia tahu betul bahwa kehidupan yang baik bukan tentang panjangnya waktu, tetapi tentang kualitas dalam menjalaninya.

Jadi, jika kamu ingin menjadi lebih baik, jawabannya sederhana:
Ya, kamu bisa—asal kamu menjalani setiap momen seolah itu yang terakhir.