“Kita Tidak Bisa Mengontrol Orang Lain Bertindak, Tetapi Bisa Mengontrol Bagaimana Kita Merespons” – Massimo Pigliucci
- Tangkapan Layar
Emosi: Tamu, Bukan Tuan Rumah
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap membiarkan emosi menguasai kita. Marah, sakit hati, kecewa, iri—semua itu muncul tanpa undangan dan sering kali mengambil alih kemudi hidup. Tapi Pigliucci mengingatkan bahwa emosi hanyalah tamu. Kita bisa menyambutnya, memahami maksud kedatangannya, tapi tidak harus memberikan kunci rumah padanya.
Jika seseorang memperlakukan kita dengan tidak adil, kita mungkin merasa marah. Itu wajar. Tapi apakah kita harus membalas dengan kemarahan yang sama? Atau justru mengambil napas dalam, melihat situasi dengan jernih, dan merespons dengan kebijaksanaan?
Dalam konteks ini, mengontrol respons bukan berarti menahan emosi, tapi memilih tindakan yang bijak berdasarkan kesadaran, bukan dorongan sesaat.
Respon Bijak di Dunia Digital
Di era media sosial, godaan untuk merespons secara reaktif makin besar. Satu komentar sinis bisa memicu perdebatan panjang. Satu unggahan bisa membuat emosi meledak. Sayangnya, banyak orang lupa bahwa tombol "kirim" itu bukan sekadar fungsi digital, tapi cerminan dari kualitas karakter kita.
Pigliucci sering menyampaikan bahwa filosofi Stoik bukan untuk menyendiri dari dunia, tapi menjadi bagian dari dunia dengan cara yang lebih bermartabat. Ketika kita mampu menahan diri untuk tidak membalas hinaan, mengabaikan provokasi, atau memilih diam saat situasi panas, itu bukan kelemahan. Justru, di situlah kekuatan sejati kita.