Epictetus: Jangan Takut Digosipkan, Justru Bersyukurlah Mereka Tidak Tahu Semua Kekuranganmu
- Image Creator Grok/Handoko
"If anyone tells you that a certain person speaks ill of you, do not make excuses about what is said of you but answer, ‘He was ignorant of my other faults, else he would not have mentioned these alone.’"
– Epictetus
Jakarta, WISATA – Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan pernah luput dari omongan orang lain. Apapun yang kita lakukan – baik atau buruk – bisa saja menjadi bahan pembicaraan. Tidak jarang, kita mendengar bahwa seseorang berbicara buruk tentang diri kita. Reaksi umum manusia biasanya adalah marah, tersinggung, atau mencoba membela diri. Namun, filsuf Stoik Epictetus justru mengajarkan pendekatan yang jauh lebih bijak dan menenangkan jiwa.
Epictetus berkata: “Jika ada orang memberitahumu bahwa seseorang berbicara buruk tentangmu, jangan sibuk membuat pembelaan. Jawablah saja, ‘Dia tidak tahu kekuranganku yang lain, kalau tahu, pasti dia akan menyebutkannya juga.’”
Sebuah Perspektif yang Merendahkan Ego
Kutipan ini mengandung pesan Stoik yang mendalam dan unik: bahwa kita tidak perlu terlalu serius menanggapi penilaian orang lain. Bahkan, kita bisa meresponsnya dengan rendah hati, sedikit humor, dan penuh kesadaran diri. Epictetus mengajarkan bahwa kita semua memiliki kelemahan. Maka, ketika seseorang hanya menyebut satu atau dua kekurangan kita, sebenarnya mereka masih "baik hati" karena belum tahu semuanya.
Sikap seperti ini mematahkan ego, melatih kerendahan hati, dan menjauhkan kita dari sifat defensif. Kita tidak harus membenarkan diri, apalagi membalas. Justru dengan menerima bahwa kita tidak sempurna, kita menunjukkan kekuatan mental yang sesungguhnya.
Menghindari Perang Ego di Era Media Sosial
Di zaman sekarang, terutama di era media sosial, orang semakin cepat bereaksi terhadap kritik, hujatan, atau komentar negatif. Bahkan, tidak sedikit yang terseret dalam konflik panjang hanya karena perbedaan pandangan atau perasaan tersinggung. Banyak orang merasa perlu menjelaskan, membela diri, atau bahkan menyerang balik hanya demi menjaga citra.
Namun, menurut Epictetus, semua itu adalah urusan eksternal yang tidak bisa kita kontrol. Yang bisa kita kendalikan hanyalah reaksi kita terhadapnya. Dengan bersikap seperti yang diajarkan Epictetus, kita bisa menjaga ketenangan, menjauh dari drama, dan fokus pada pengembangan diri.
Menyadari Bahwa Kita Memang Punya Kekurangan
Pesan penting dari kutipan Epictetus ini adalah kesadaran akan ketidaksempurnaan kita sendiri. Daripada menyalahkan orang lain karena mengkritik kita, lebih baik kita introspeksi:
- Apakah kritik itu memang benar?
- Apakah saya bisa memperbaiki diri dari kritik tersebut?
- Apakah saya terlalu peduli dengan penilaian orang?
Dengan menyadari bahwa setiap manusia pasti punya kekurangan, kita bisa menerima kritik – bahkan yang disampaikan dengan cara yang buruk – sebagai bagian dari proses pertumbuhan.
Latihan Stoik: Tahan Diri, Jangan Reaktif
Dalam Stoikisme, ketenangan batin adalah kebajikan tertinggi. Untuk mencapainya, kita perlu latihan mental setiap hari agar tidak mudah terpancing oleh hal-hal eksternal. Berikut adalah latihan yang bisa dilakukan saat mendengar orang membicarakan kita:
1. Diamkan dulu – Jangan langsung bereaksi.
2. Evaluasi secara netral – Apakah yang dikatakan itu benar atau tidak?
3. Berterima kasih secara batin – Mereka mungkin menunjukkan sisi diri yang perlu kita perbaiki.
4. Tetap berbuat baik – Jangan balas keburukan dengan keburukan.
Menjadi Tangguh di Tengah Dunia yang Mudah Tersinggung
Dunia saat ini sangat rentan terhadap budaya "terluka". Banyak orang mudah tersinggung, mudah merasa diserang, dan terlalu serius menanggapi opini orang lain. Padahal, seperti yang dikatakan oleh Epictetus, kita bisa memilih untuk tidak terbawa arus. Kita bisa tertawa kecil dan berkata, “Ah, mereka belum tahu sisi burukku yang lain.”
Ini bukan berarti kita harus merendahkan diri atau tidak peduli. Tapi ini adalah bentuk penguasaan diri yang tinggi—kemampuan untuk tidak dikendalikan oleh opini eksternal.
Filsafat untuk Kehidupan Sehari-hari
Kebijaksanaan Epictetus bisa diterapkan dalam berbagai situasi, misalnya:
- Ketika rekan kerja menggosipkan kita, kita tidak harus membalas.
- Saat ada komentar negatif di media sosial, kita tidak harus menjawab semuanya.
- Bila mendengar orang salah paham tentang diri kita, kita tidak perlu repot menjelaskan ke semua orang.
Fokus kita seharusnya adalah memperbaiki diri secara terus-menerus, bukan memperbaiki citra di mata orang lain.
Penutup: Ketenangan Datang dari Dalam
Epictetus mengajarkan bahwa ketenangan tidak datang dari orang lain, tapi dari penguasaan atas diri sendiri. Kita tidak bisa mengontrol apa yang orang katakan, tapi kita bisa memilih untuk tidak terpengaruh. Respon kita adalah cerminan dari kedewasaan dan kualitas batin.
Jadi, ketika Anda mendengar seseorang berbicara buruk tentang Anda, ucapkan saja dalam hati seperti yang disarankan Epictetus:
“Dia belum tahu kekurangan saya yang lain.”
Lalu lanjutkan hidup Anda dengan tenang, fokus, dan penuh integritas.