Plato: Hanya Mereka yang Pernah Melihat Kebenaran yang Mampu Mencintai dengan Murni
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA — Di tengah gemuruh zaman yang serba cepat dan instan, filsafat tetap menyala sebagai lentera bagi jiwa yang haus makna. Salah satu filsuf besar Yunani, Plato, melalui pemikiran mendalamnya, memberikan pemahaman unik tentang cinta. Ia berkata, “Hanya mereka yang pernah melihat kebenaran yang mampu mencintai dengan murni.” Kutipan ini bukan hanya indah, tetapi juga menyimpan refleksi spiritual yang mendalam mengenai hubungan antara cinta, pengetahuan, dan kebenaran.
Plato mengajarkan bahwa cinta sejati tidak bisa dilepaskan dari pencarian akan kebenaran. Dalam pandangan filsafatnya, seseorang yang belum pernah mengalami atau menyaksikan kebenaran yang sejati, tidak akan mampu mencintai dengan kemurnian hati. Cinta yang murni, bagi Plato, adalah cinta yang telah tersucikan dari ego, nafsu, dan kebohongan — sebuah cinta yang hanya mungkin dimiliki oleh jiwa yang telah tercerahkan oleh pengetahuan akan kebenaran.
Cinta dan Kebenaran dalam Pandangan Plato
Dalam dialog Symposium dan Phaedrus, Plato menjelaskan bahwa cinta bukan sekadar perasaan atau emosi, tetapi adalah kekuatan yang menggerakkan jiwa untuk mendaki tangga keindahan menuju kebenaran. Proses ini dikenal sebagai Ladder of Love, yaitu perjalanan dari cinta terhadap satu tubuh yang indah, lalu naik ke cinta terhadap semua tubuh, kemudian ke cinta terhadap jiwa, keindahan hukum dan ilmu pengetahuan, hingga akhirnya sampai pada cinta terhadap bentuk keindahan dan kebenaran yang absolut.
Plato percaya bahwa seseorang yang telah melihat bentuk kebenaran — yang disebutnya sebagai The Forms — akan mengembangkan pandangan hidup yang lebih tinggi. Ia tidak lagi mencintai karena nafsu atau keinginan memiliki, melainkan mencintai karena melihat refleksi kebenaran dalam diri orang yang dicintainya. Cinta semacam ini bersifat spiritual dan murni.
Apa yang Dimaksud “Melihat Kebenaran”?
“Melihat kebenaran” dalam konteks Plato bukan berarti melihat dengan mata fisik, tetapi melihat dengan mata batin — dengan rasio dan jiwa yang telah tercerahkan. Kebenaran yang dimaksud adalah bentuk-bentuk ideal (ideal forms) seperti kebaikan, keadilan, dan keindahan dalam esensinya yang murni dan abadi.