Renungan dari Marcus Aurelius: Menyambut Hidup dengan Kesadaran akan Kematian
- thoughtco.com
“You could leave life right now. Let that determine what you do and say and think.” – Marcus Aurelius
Jakarta, WISATA — Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tuntutan seperti sekarang, kalimat dari filsuf Romawi Marcus Aurelius di atas terasa seperti tamparan lembut yang mengajak kita berhenti sejenak dan merenung. Terjemahannya kira-kira berarti: "Kau bisa meninggalkan kehidupan saat ini juga. Biarkan hal itu menentukan apa yang kau lakukan, katakan, dan pikirkan." Sebuah kalimat sederhana, namun menyimpan kedalaman makna yang luar biasa.
Kutipan tersebut bukan sekadar ajakan untuk hidup dengan kesadaran penuh, tapi juga pengingat bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dimaknai sebagai bagian alami dari hidup. Dalam filsafat Stoa yang dianut Marcus Aurelius, konsep memento mori atau “ingatlah bahwa kamu akan mati” bukan ajakan untuk bersikap pesimis, tetapi justru sebuah undangan untuk hidup lebih baik, lebih jujur, dan lebih bermakna.
Hidup Sadar di Era Modern
Di tengah era digital yang penuh dengan notifikasi, target, dan tekanan sosial media, banyak dari kita yang hidup terburu-buru. Kita sering terjebak dalam rutinitas tanpa sempat bertanya: Apakah ini yang benar-benar ingin saya lakukan? Apakah saya hidup sesuai dengan nilai-nilai saya sendiri?
Kutipan Marcus Aurelius mengajak kita untuk mengatur ulang prioritas hidup. Bila kita benar-benar menyadari bahwa hidup ini bisa berakhir kapan saja, maka kita akan lebih selektif dalam memilih kata-kata, tindakan, bahkan pikiran. Kita akan mulai menjalani hidup dengan lebih autentik.
Alih-alih menghabiskan waktu pada hal-hal remeh, kita akan mulai memberi makna pada hubungan, pekerjaan, dan waktu luang kita. Kita akan lebih menghargai waktu bersama keluarga, lebih tulus dalam bersahabat, dan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan kita.
Mengapa Kesadaran Akan Kematian Membuat Hidup Lebih Bermakna?
Dalam berbagai tradisi filsafat dan kepercayaan, kesadaran akan kematian justru dianggap sebagai pemantik kehidupan yang lebih utuh. Psikolog Viktor Frankl, dalam bukunya Man’s Search for Meaning, juga menyebut bahwa makna hidup seringkali muncul dari kesadaran akan kefanaan. Kita menjadi lebih manusiawi ketika kita sadar bahwa waktu kita terbatas.
Konsep ini juga diakui dalam dunia kesehatan mental. Mindfulness atau kesadaran penuh adalah praktik yang kini banyak digunakan dalam terapi psikologis. Intinya adalah menjalani saat ini sepenuhnya, tanpa menyesali masa lalu dan tanpa takut berlebihan terhadap masa depan. Dan kesadaran bahwa hidup bisa berakhir kapan saja adalah salah satu cara paling kuat untuk hidup secara mindful.
Pelajaran dari Stoisisme
Stoisisme mengajarkan bahwa kita tidak bisa mengontrol segala hal di luar diri kita. Namun kita punya kendali penuh atas reaksi kita. Dalam konteks kutipan Marcus Aurelius, kita diajak untuk tidak menunda-nunda kebaikan, tidak menunda keberanian, dan tidak menunda menjadi pribadi yang lebih baik.
Jika hari ini adalah hari terakhir dalam hidupmu, apakah kamu akan tetap melakukan apa yang kamu lakukan hari ini? Pertanyaan sederhana itu bisa menjadi kompas moral yang luar biasa dalam mengambil keputusan sehari-hari.
Praktik Nyata dalam Kehidupan Sehari-Hari
Lalu bagaimana kita bisa mengaplikasikan kutipan Marcus Aurelius dalam kehidupan kita?
1. Menjalani Hari dengan Niat
Bangun pagi bukan sekadar rutinitas, tapi dimulai dengan kesadaran bahwa hari ini adalah kesempatan yang berharga. Buat niat untuk menjadi orang yang lebih sabar, lebih fokus, atau lebih penuh kasih hari ini.
2. Menghindari Penundaan
Jangan tunda hal-hal yang penting. Ungkapkan cinta kepada orang terdekat. Kerjakan tugas dengan sepenuh hati. Ucapkan maaf bila salah. Kita tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang tersisa.
3. Fokus pada Hal yang Bisa Dikendalikan
Jangan buang energi untuk hal-hal yang di luar kuasa kita seperti cuaca buruk, komentar orang lain, atau keadaan ekonomi global. Alihkan fokus ke dalam: cara kita berpikir, berbicara, dan bertindak.
4. Membangun Hubungan Bermakna
Luangkan waktu untuk mereka yang kamu cintai. Kualitas hubungan jauh lebih penting daripada kuantitas. Bersikap hadir sepenuhnya saat bersama mereka adalah bentuk cinta yang paling nyata.
5. Hidup Sesuai Nilai
Jangan hidup hanya untuk mengejar pencapaian eksternal seperti harta, jabatan, atau popularitas. Temukan dan jalani nilai-nilai pribadi seperti integritas, kejujuran, dan keberanian.
Kesimpulan: Hidup yang Tak Terburu-Buru Tapi Penuh Makna
Kutipan Marcus Aurelius adalah pengingat bijak dari masa lalu yang masih sangat relevan hari ini. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, kita diajak untuk menyadari bahwa waktu adalah anugerah. Bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk hidup dengan lebih sadar, lebih baik, dan lebih bermakna.
Kita tidak bisa menghindari kematian, tetapi kita bisa memilih bagaimana kita hidup sampai saat itu tiba. Dengan membiarkan kesadaran itu menjadi dasar dari apa yang kita lakukan, katakan, dan pikirkan, maka kita akan menjalani hidup yang lebih otentik dan membahagiakan.
Seperti kata Marcus Aurelius, "You could leave life right now. Let that determine what you do and say and think." Maka mari menjadikan kalimat itu sebagai mantra harian, bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menuntun kita menjalani hidup yang benar-benar berarti.