Menyingkap Paradoks Socrates dalam Dialog-Dialog Plato: Antara Konsistensi dan Kontradiksi
- Image Creator Bing/Handoko
Filsuf klasik Paul Shorey pada tahun 1903 pernah menyatakan bahwa tidak semua orang menganggap kontradiksi ini sebagai masalah. Namun, bagi sebagian besar kalangan filsafat modern, perbedaan-perbedaan ini menuntut penjelasan. Apakah perubahan ini mencerminkan evolusi pemikiran Plato sendiri? Ataukah ia memang secara sadar menciptakan tokoh Socrates sebagai medium dialogis untuk menguji berbagai posisi filosofis?
Dokumen-dokumen tambahan yang merangkum tiga abad usaha menjawab “Socratic Problem” menunjukkan bahwa dilema ini tetap relevan. Dari pendekatan filologis, sejarah, hingga hermeneutika modern, para peneliti mencoba menyingkap lapisan demi lapisan dari narasi Plato demi mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang Socrates — sang filsuf yang tidak pernah menulis satu kata pun, namun pemikirannya tetap menggema hingga kini.
Lebih dari sekadar teka-teki intelektual, Socratic Problem juga mengajarkan kita bahwa pencarian kebenaran tidak selalu datang dalam bentuk jawaban yang konsisten. Terkadang, pertentangan ide justru memperkaya cara kita berpikir dan mendorong filsafat untuk terus berkembang. Socrates, melalui pena Plato, mengajak kita untuk terus mempertanyakan — bahkan terhadap pemikiran yang tampaknya berasal dari dirinya sendiri.