Seneca: Imajinasi Kitalah yang Sering Menyiksa, Bukan Kenyataan

Seneca Filsuf Stoicisme
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA – "Kita lebih sering disiksa oleh imajinasi kita sendiri daripada oleh kenyataan." Kutipan terkenal dari filsuf Stoik Romawi, Seneca, ini menggambarkan secara gamblang bagaimana pikiran manusia bisa menjadi sumber penderitaan yang lebih besar dibandingkan realitas itu sendiri. Dalam era modern yang penuh tekanan dan kecemasan, pesan ini menjadi semakin relevan dan layak untuk direnungkan oleh setiap individu.

Mengapa Generasi Z Butuh Belajar Stoikisme dari Ryan Holiday? Ini Bukan Filsafat Kuno Biasa!

Seneca, seorang negarawan, penulis, dan pemikir besar dari abad pertama Masehi, dikenal karena filosofi Stoiknya yang menekankan ketenangan batin, pengendalian emosi, dan kehidupan yang seimbang. Melalui karya-karya seperti Letters to Lucilius, Seneca menyoroti betapa sering manusia menciptakan penderitaannya sendiri melalui ketakutan, kekhawatiran, dan pikiran negatif yang sebenarnya belum tentu menjadi kenyataan.

Imajinasi: Sumber Kecemasan yang Sering Terabaikan

Mengapa Ryan Holiday Dianggap Sebagai Marcus Aurelius Zaman Modern? Jawabannya Tak Sekadar Soal Filsafat

Dalam dunia filsafat, Stoikisme mengajarkan bahwa penderitaan tidak disebabkan oleh kejadian itu sendiri, melainkan oleh penilaian kita terhadap kejadian tersebut. Seneca menggambarkan bahwa imajinasi kita sering memperbesar ketakutan atau mengantisipasi bencana yang belum terjadi, sehingga menciptakan beban mental yang sebetulnya tidak perlu.

Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang merasa cemas sebelum wawancara kerja, takut gagal saat presentasi, atau khawatir berlebihan akan masa depan finansial—padahal semua itu masih dalam ranah imajinasi. Ketika peristiwa sebenarnya terjadi, sering kali ternyata tidak seburuk yang dibayangkan.

Seneca: Bagi Keserakahan, Seluruh Alam pun Terasa Kurang

Bukti Psikologis Mendukung Pandangan Seneca

Psikologi modern menguatkan pernyataan Seneca. Konsep catastrophic thinking atau pikiran bencana menunjukkan bagaimana individu cenderung membayangkan skenario terburuk secara terus-menerus. Ini menyebabkan stres kronis, gangguan kecemasan, dan bahkan depresi. Padahal, sebagian besar dari kekhawatiran tersebut tidak pernah benar-benar terjadi.

Halaman Selanjutnya
img_title