Mengapa Ryan Holiday Dianggap Sebagai Marcus Aurelius Zaman Modern? Jawabannya Tak Sekadar Soal Filsafat
- Cuplikan Layar
Jakarta, WISATA — Di tengah gemuruh dunia modern yang dipenuhi ego, kesibukan, dan pencitraan digital, nama Ryan Holiday sering kali muncul sebagai oase kebijaksanaan. Tak sedikit yang menyebutnya sebagai “Marcus Aurelius zaman sekarang”, sebuah julukan yang tentu bukan sembarangan. Tapi mengapa Holiday layak disandingkan dengan kaisar filsuf terbesar dalam sejarah Romawi itu?
Jawabannya bukan hanya karena ia menulis tentang Stoikisme. Tapi karena ia menjalani kehidupan yang merefleksikan prinsip-prinsip Marcus Aurelius dalam praktik sehari-hari—dengan ketekunan, kerendahan hati, dan kesadaran penuh.
Bukan Filsuf Teoretis, Tapi Praktis
Marcus Aurelius menulis Meditations bukan untuk orang lain, tapi untuk dirinya sendiri—sebagai catatan harian seorang pemimpin yang sedang berjuang menjaga ketenangan di tengah tanggung jawab kekaisaran. Ryan Holiday melakukan hal yang nyaris serupa.
Melalui karya-karyanya seperti The Obstacle Is the Way, Ego Is the Enemy, dan Stillness Is the Key, Holiday menyusun catatan kontemporer tentang bagaimana menjalani hidup yang bermakna, sederhana, dan kuat secara mental—tanpa kehilangan arah di dunia yang gaduh.
Ia bukan hanya menulis. Ia juga hidup seperti yang ia ajarkan: jauh dari gemerlap, memilih kesunyian, membangun kebiasaan reflektif, dan fokus pada kontribusi, bukan pengakuan.
Gaya Hidup Stoik yang Dijalani, Bukan Dijual