Neoplatonisme dan Plotinus: Jalan Mistik Menuju Kesatuan Tertinggi

Plotinus
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Malang, WISATA — Dalam pusaran perkembangan filsafat yang sarat logika dan penalaran rasional, muncul sebuah aliran yang menawarkan jalan berbeda: jalan mistik menuju keheningan batin dan penyatuan dengan Yang Maha Esa. Itulah Neoplatonisme, dan sosok sentralnya adalah Plotinus, filsuf dari abad ke-3 M yang mencoba menggabungkan pemikiran Plato dengan pengalaman spiritual terdalam.

Zeno dari Citium: Semesta yang Hidup dan Bijaksana

Neoplatonisme tidak sekadar meneruskan ajaran Plato secara literal, melainkan memperkaya dan memperdalamnya melalui pendekatan kontemplatif dan metafisis. Dalam dunia yang semakin diguncang ketidakpastian, pemikiran Plotinus dan para pengikutnya menawarkan jalan menuju kesatuan, kedamaian, dan pencerahan melalui filsafat dan mistisisme.

Plotinus: Filsuf yang Menolak Dikenal Secara Pribadi

Zeno dari Citium: Keadilan Tidak Mengenal Perbudakan

Plotinus lahir sekitar tahun 204/5 M di Mesir, kemungkinan besar di kota Lykopolis (sekarang Asyut). Ia belajar filsafat di Alexandria di bawah bimbingan Ammonius Saccas, lalu pindah ke Roma dan mendirikan sekolah filsafat yang menjadi pusat pemikiran Neoplatonisme.

Meski terkenal di kalangan murid dan penguasa, Plotinus menolak menulis otobiografi dan bahkan tak ingin potret dirinya dilukis. Ia percaya bahwa jati diri sejati bukanlah tubuh fisik, melainkan jiwa yang bersatu dengan Satu — sumber segala yang ada.

Setiap Hari Adalah Peluang: Filsuf Massimo Pigliucci Mengajak Kita Menjadi Lebih Sabar, Bijaksana, dan Baik

Satu (The One): Asal Usul Segala Realitas

Bagi Plotinus, segala sesuatu berasal dari Satu (The One), realitas tertinggi dan tak terhingga yang melampaui segala bentuk dan kategori. Satu tidak bisa didefinisikan atau dipahami dengan akal, karena Ia berada di luar dualitas dan pemisahan. Satu adalah mutlak sempurna, mutlak baik, dan mutlak satu.

Halaman Selanjutnya
img_title