Dari Pemberontak Menjadi Pahlawan Nasional: Bagaimana Sejarah Menilai Diponegoro

Pangeran Diponegoro, dalam Pecahan Uang Seratus Rupiah, Tahun 1952
Sumber :
  • Wikipedia

Jakarta, WISATA - Artikel ini ditulis berdasarkan dokumen berjudul Gedenkschrift van den oorlog op Java, 1825-1830, yang merupakan terjemahan dari bahasa Prancis ke bahasa Belanda oleh Letnan Kolonel H. M. Lange. Buku ini adalah laporan mengenai Perang Jawa (1825-1830) yang ditulis oleh Jhr. F. V. A. Ridder de Stuers, seorang perwira militer Belanda yang berpartisipasi dalam konflik tersebut. Buku ini mengisahkan Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan pemerintahan kolonial Belanda. Artikel ini merupakan artikel kedua puluh tujuh dari tiga puluh artikel yang direncanakan akan dimuat secara berseri.

Kisah Para Sufi: Uwais al-Qarani, Pemuda dari Yaman yang Dikenal Langit Lebih dari Penduduk Bumi

Transformasi Seorang Pemberontak

Pangeran Diponegoro, yang awalnya dikenal sebagai pemberontak melawan kekuasaan kolonial, kini telah diakui sebagai pahlawan nasional yang legendaris. Perjalanan hidupnya—dari seorang bangsawan Jawa yang menolak penindasan Belanda, hingga menjadi simbol perjuangan kemerdekaan—menjadi salah satu babak paling penting dalam sejarah Indonesia.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas bagaimana sejarah menilai perjalanan dramatis Diponegoro, melihat transformasinya dari tokoh pemberontak menjadi lambang nasionalisme dan inspirasi bagi generasi yang kemudian.

Konsepsi Negara Ideal Menurut Al-Farabi: Al-Madina Al-Fadila

1. Awal Mula Perlawanan dan Pemberontakan

a. Latar Belakang Sejarah

Perlawanan Diam-diam: Bagaimana Masyarakat Pribumi Merespons Sistem Kerja Paksa

Diponegoro lahir dalam lingkungan Kesultanan Yogyakarta dan sejak kecil telah terbentuk karakter keberanian serta kepekaan terhadap ketidakadilan.
Pada awal abad ke-19, ketika Belanda semakin mencampuri urusan dalam negeri kesultanan melalui kebijakan yang menindas dan pengambilan alih hak istimewa, Diponegoro melihat bahwa jalan yang ditempuh oleh bangsawan tradisional tidak mampu melindungi martabat rakyat.
Kemarahan atas penindasan dan penolakan terhadap intervensi Belanda memicunya untuk bangkit dan memimpin pemberontakan besar yang kemudian dikenal dengan Perang Jawa.

b. Gerakan Perlawanan yang Menggugah

Halaman Selanjutnya
img_title