Massimo Pigliucci: "Tidak Ada yang Benar-Benar Buruk atau Baik, Kecuali Bagaimana Kita Memilih untuk Menghadapinya"

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Dalam kehidupan, kita sering kali terburu-buru memberi label pada sesuatu sebagai baik atau buruk. Jika sesuatu berjalan sesuai keinginan, kita menyebutnya baik. Sebaliknya, jika kita mengalami kegagalan atau kesulitan, kita langsung menganggapnya buruk. Namun, filsafat Stoikisme menawarkan cara pandang yang berbeda. Massimo Pigliucci, salah satu filsuf modern yang menghidupkan kembali Stoikisme, mengingatkan kita bahwa tidak ada hal yang benar-benar baik atau buruk—semuanya tergantung pada bagaimana kita menghadapinya.

Etika Aristoteles: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati yang Relevan Sepanjang Zaman

Pernyataan ini mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. Ini bukan tentang menyangkal realitas atau mengabaikan kesulitan, tetapi tentang memilih perspektif yang lebih sehat dalam merespons setiap peristiwa dalam hidup.

Mengapa Persepsi Kita Lebih Penting daripada Kejadian Itu Sendiri?

Negative Visualization ala Tim Ferriss: Teknik Stoik yang Menguatkan Mental

Bayangkan dua orang mengalami kejadian yang sama: mereka kehilangan pekerjaan. Orang pertama merasa hancur, putus asa, dan kehilangan arah hidup. Ia menganggap ini sebagai bencana dan menyerah pada keadaan. Orang kedua, meskipun kecewa, melihat ini sebagai kesempatan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik atau bahkan memulai bisnis sendiri.

Perbedaannya? Bukan pada peristiwa yang terjadi, tetapi pada bagaimana mereka menafsirkannya. Stoikisme mengajarkan bahwa emosi negatif sering kali berasal dari interpretasi kita terhadap sesuatu, bukan dari kejadian itu sendiri. Jika kita bisa mengubah cara pandang, maka kita bisa mengubah cara kita merasakan dan menghadapi hidup.

Tim Ferriss: Mengapa Stoikisme Relevan untuk Era Digital

Dalam bukunya How to Be a Stoic, Pigliucci mengutip ajaran Epictetus, salah satu filsuf Stoik terbesar:

"Bukan kejadian yang membuat kita terganggu, tetapi cara kita berpikir tentang kejadian itu."

Artinya, reaksi kita terhadap suatu peristiwa tidak terjadi secara otomatis, tetapi merupakan hasil dari interpretasi kita sendiri.

Latihan Mental: Mengubah Cara Pandang terhadap Kesulitan

Bagaimana jika kita bisa melatih pikiran kita untuk menghadapi segala sesuatu dengan lebih bijaksana? Berikut adalah beberapa cara yang diajarkan dalam Stoikisme:

1.     Sadari bahwa kamu selalu memiliki pilihan dalam merespons sesuatu.
Jika seseorang mengkritikmu, kamu bisa marah dan merasa tersinggung, atau kamu bisa melihatnya sebagai masukan untuk berkembang.

2.     Pahami bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian.
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa semuanya akan selalu berjalan sesuai keinginan kita. Jika kita menerima kenyataan ini, kita tidak akan mudah terkejut atau kecewa.

3.     Jangan membiarkan emosi negatif menguasai dirimu.
Marah, kecewa, atau takut itu wajar. Tetapi jika kita membiarkan emosi tersebut mengambil alih pikiran kita, kita kehilangan kendali atas diri sendiri.

4.     Ubah cara pandang terhadap kegagalan.
Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tetapi kesempatan untuk belajar. Bahkan, banyak tokoh sukses dunia mencapai kesuksesannya setelah mengalami kegagalan berulang kali.

Belajar dari Para Filsuf Stoik tentang Cara Menghadapi Hidup

Massimo Pigliucci bukanlah satu-satunya yang mengajarkan prinsip ini. Para filsuf Stoik kuno juga telah menekankan bahwa kualitas hidup kita tidak bergantung pada apa yang terjadi, tetapi pada bagaimana kita bereaksi terhadapnya.

  • Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi yang juga seorang filsuf Stoik, menulis dalam jurnal pribadinya:

"Kamu punya kekuatan atas pikiranmu sendiri, bukan atas kejadian di luar dirimu. Sadarilah ini, dan kamu akan menemukan kekuatan."

  • Epictetus, seorang filsuf Stoik yang pernah menjadi budak, mengatakan:

"Jika sesuatu di luar kendalimu membuatmu marah, berarti kamu memberikan kendali atas kebahagiaanmu kepada sesuatu di luar dirimu."

Prinsip yang sama juga dihidupkan kembali oleh Pigliucci dalam berbagai tulisannya. Ia menegaskan bahwa jika kita membiarkan dunia luar menentukan kebahagiaan kita, maka kita akan selalu berada dalam ketidakpastian dan penderitaan. Tetapi jika kita mengendalikan cara berpikir dan sikap kita, kita bisa tetap tenang dalam segala situasi.

Contoh Nyata: Bagaimana Sikap Stoik Bisa Mengubah Hidup

Ada banyak contoh nyata dari orang-orang yang menerapkan prinsip Stoikisme dalam kehidupan mereka:

  • Viktor Frankl, seorang psikolog yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi, menulis dalam bukunya Man’s Search for Meaning bahwa meskipun ia kehilangan segalanya—keluarga, kebebasan, bahkan harga dirinya—ia menyadari bahwa satu hal yang tidak bisa diambil dari dirinya adalah kebebasan untuk memilih bagaimana ia merespons penderitaan.
  • Nelson Mandela, yang dipenjara selama 27 tahun, tidak membiarkan dirinya dipenuhi kebencian atau dendam. Ia justru menggunakan waktu di penjara untuk belajar dan mengembangkan diri, sehingga ketika akhirnya dibebaskan, ia menjadi pemimpin yang mempersatukan rakyatnya.

Kesimpulan: Ubah Cara Pandang, Ubah Hidupmu

Kehidupan ini tidak akan selalu berjalan mulus. Kita akan menghadapi kegagalan, kehilangan, dan tantangan yang sulit. Tetapi, kita selalu punya pilihan tentang bagaimana kita menghadapinya.

Massimo Pigliucci mengingatkan bahwa tidak ada yang benar-benar buruk atau baik dalam hidup ini—yang menentukan adalah bagaimana kita memilih untuk merespons setiap kejadian.

Jika kita melatih diri untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih bijaksana, kita akan memiliki kendali lebih besar atas hidup kita. Kita tidak lagi mudah terombang-ambing oleh keadaan, dan kita bisa menemukan kedamaian dalam setiap situasi.

Jadi, lain kali ketika kamu menghadapi kesulitan, tanyakan pada dirimu sendiri: apakah ini benar-benar buruk, atau apakah aku hanya melihatnya dengan cara yang salah?

Jika kamu bisa mengubah cara pandangmu, maka kamu juga bisa mengubah hidupmu.