Heraclitus vs. Parmenides: Pertarungan Abadi tentang Perubahan dan Ketetapan
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam sejarah filsafat Yunani Kuno, dua tokoh besar, Heraclitus dan Parmenides, muncul dengan pandangan yang sangat kontras mengenai hakikat realitas. Di satu sisi, Heraclitus mengajarkan bahwa perubahan adalah satu-satunya yang pasti dalam alam semesta, sedangkan Parmenides menegaskan bahwa ketetapan dan kesatuan adalah esensi sejati dari realitas. Pertarungan ideologi ini tidak hanya mengubah cara pandang terhadap dunia, tetapi juga memicu perdebatan filosofis yang masih relevan hingga hari ini.
Latar Belakang Filosofis
Heraclitus: Filsuf Perubahan
Heraclitus, yang hidup sekitar 535–475 SM di kota Efesos (sekarang Turki), dikenal dengan ungkapan terkenalnya, Panta Rhei yang berarti “segala sesuatu mengalir.” Menurut Heraclitus, dunia tidak pernah berhenti berubah. Ia menggunakan api sebagai simbol utama untuk menggambarkan transformasi yang terus-menerus terjadi dalam alam. Bagi Heraclitus, setiap entitas dalam dunia ini bersifat dinamis—tak ada yang tetap, dan setiap momen merupakan bagian dari proses pembaruan yang tiada henti.
Parmenides: Filsuf Ketetapan
Di sisi lain, Parmenides, yang hidup sekitar abad ke-5 SM, memiliki pandangan yang berseberangan. Parmenides berpendapat bahwa realitas yang sejati itu bersifat tetap dan tidak berubah. Baginya, perubahan hanyalah ilusi yang ditimbulkan oleh persepsi manusia. Dalam puisi filosofisnya, Parmenides menekankan bahwa hanya ada satu realitas yang utuh dan abadi, dan segala fenomena yang tampak berubah hanyalah bayang-bayang dari kebenaran yang hakiki.
Perdebatan Dasar: Perubahan vs. Ketetapan