Massimo Pigliucci dan Jalan Stoik Menuju Hidup yang Berbudi Luhur: Panduan Modern untuk Kebijaksanaan dan Ketenangan

Massimo Pigliucci
Sumber :
  • Image Creator Grok/Handoko

Jakarta, WISATA - Di tengah dunia yang semakin sibuk dan penuh distraksi, banyak orang merasa kehilangan arah dalam menjalani kehidupan. Ketidakpastian, stres, dan tantangan hidup sering kali membuat kita merasa kewalahan. Namun, di balik segala kekacauan itu, ada filosofi kuno yang menawarkan panduan sederhana namun sangat kuat dalam menghadapi kehidupan—Stoikisme.

Negative Visualization ala Tim Ferriss: Teknik Stoik yang Menguatkan Mental

Filosofi ini mengajarkan tentang ketenangan, kendali diri, dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai situasi. Tapi bagaimana caranya menerapkan ajaran kuno ini di era modern? Massimo Pigliucci, seorang akademisi dan filsuf kontemporer, telah mengabdikan dirinya untuk menjawab pertanyaan ini. Melalui buku-bukunya dan ajaran-ajarannya, ia berhasil membuat Stoikisme lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh siapa saja, mulai dari pebisnis, mahasiswa, hingga orang biasa yang hanya ingin menjalani hidup dengan lebih tenang dan berbudi luhur.

Siapa Massimo Pigliucci? Dari Ilmuwan ke Filsuf Modern

Tim Ferriss: Mengapa Stoikisme Relevan untuk Era Digital

Nama Massimo Pigliucci mungkin tidak sepopuler filsuf-filsuf klasik seperti Marcus Aurelius, Seneca, atau Epictetus. Namun, ia adalah salah satu tokoh kunci dalam menghidupkan kembali Stoikisme di abad ke-21.

Awalnya, Pigliucci bukanlah seorang filsuf. Ia mengawali karier akademiknya di bidang ilmu biologi dan mendapatkan gelar Ph.D. dalam genetika. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai merasa bahwa ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang kehidupan. Pencariannya akan makna hidup akhirnya membawanya kepada filsafat, di mana ia kemudian meraih gelar Ph.D. kedua dalam bidang filsafat.

Cara Tim Ferriss Mengubah Hidup Lewat Filosofi Stoikisme

Dari sinilah ia mulai menekuni Stoikisme, bukan hanya sebagai teori akademik, tetapi sebagai cara hidup. Ia melihat bahwa ajaran Stoik tidak hanya relevan di masa Romawi kuno, tetapi juga bisa menjadi solusi bagi tantangan yang dihadapi manusia modern saat ini.

Stoikisme: Filosofi yang Mengajarkan Hidup dengan Bijaksana

Bagi sebagian orang, Stoikisme sering kali disalahpahami sebagai ajaran yang kaku dan menuntut seseorang untuk menekan emosinya. Namun, Pigliucci menegaskan bahwa Stoikisme bukan tentang menekan emosi, melainkan tentang mengelola emosi dengan bijak.

Salah satu prinsip utama dalam Stoikisme adalah Dikotomi Kendali, yaitu memahami bahwa dalam hidup ini ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada hal-hal yang di luar kendali kita.

Misalnya, kita tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain memperlakukan kita, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita merespons perlakuan tersebut. Kita tidak bisa menghindari semua kesulitan dalam hidup, tetapi kita bisa memilih bagaimana menyikapinya.

Dengan memahami batasan ini, kita bisa mengurangi stres dan tidak lagi membuang energi pada hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Inilah yang membuat Stoikisme menjadi filosofi yang sangat relevan, terutama bagi mereka yang hidup di dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan.

Menjadi Pribadi yang Berbudi Luhur: Pandangan Pigliucci tentang Stoikisme

Salah satu ajaran Stoik yang sering dibahas oleh Pigliucci adalah konsep virtue (kebajikan). Dalam Stoikisme, seseorang dikatakan hidup dengan baik bukan karena kekayaannya, status sosialnya, atau pencapaiannya, tetapi karena karakternya.

Menurut Stoikisme, ada empat kebajikan utama yang harus dimiliki seseorang untuk hidup dengan berbudi luhur:

  • Kebijaksanaan (wisdom) – Kemampuan untuk memahami dan bertindak berdasarkan pengetahuan yang benar.
  • Keberanian (courage) – Kemampuan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan dengan kepala dingin dan hati yang teguh.
  • Keadilan (justice) – Bertindak dengan adil dan memperlakukan orang lain dengan baik.
  • Kendali Diri (temperance) – Mampu mengendalikan diri dan tidak bertindak secara impulsif.

Pigliucci menekankan bahwa hidup berbudi luhur bukan hanya tentang berbicara mengenai nilai-nilai ini, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, dalam situasi sulit, apakah kita tetap memilih untuk bersikap jujur dan adil, atau justru mencari jalan pintas yang menguntungkan diri sendiri tetapi merugikan orang lain? Saat dihadapkan pada kritik atau hinaan, apakah kita akan bereaksi dengan marah, atau justru menerimanya dengan bijak dan tetap tenang?

Menerapkan Stoikisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Banyak orang berpikir bahwa filsafat hanyalah teori yang sulit diterapkan dalam kehidupan nyata. Namun, Pigliucci membuktikan bahwa Stoikisme adalah filosofi yang sangat praktis dan bisa diterapkan oleh siapa saja.

Ia menyarankan beberapa cara sederhana untuk mulai menjalani hidup dengan prinsip Stoik:

  • Latihan Mental Pagi Hari – Sebelum memulai hari, luangkan waktu untuk merenungkan tantangan apa yang mungkin akan Anda hadapi dan bagaimana Anda ingin menghadapinya dengan bijaksana.
  • Refleksi Malam Hari – Sebelum tidur, pikirkan kembali bagaimana Anda menjalani hari. Apakah ada hal yang bisa diperbaiki? Apakah Anda telah bertindak sesuai dengan nilai-nilai Stoik?
  • Menerima Perubahan – Hidup penuh dengan ketidakpastian. Alih-alih melawan perubahan, belajarlah untuk menerimanya dengan kepala dingin.
  • Menghindari Gangguan yang Tidak Perlu – Dunia modern penuh dengan distraksi, mulai dari media sosial hingga berita negatif. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting bagi Anda.
  • Mengelola Emosi dengan Bijak – Saat menghadapi situasi yang menantang, ambil napas dalam-dalam dan tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini sesuatu yang bisa saya kendalikan?" Jika tidak, biarkan saja.

Mengapa Stoikisme Relevan untuk Semua Orang?

Stoikisme bukan hanya untuk para filsuf atau akademisi. Ajaran ini bisa diterapkan oleh siapa saja, dari pebisnis yang menghadapi tekanan kerja, mahasiswa yang harus menghadapi ujian, hingga ibu rumah tangga yang ingin menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia.

Di era digital ini, banyak orang merasa terbebani oleh opini orang lain, media sosial, dan ekspektasi yang tak realistis. Pigliucci mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari faktor eksternal, tetapi dari bagaimana kita menata pikiran dan sikap kita terhadap kehidupan.

Seperti yang diajarkan oleh para filsuf Stoik, kebahagiaan sejati bukanlah soal memiliki lebih banyak, tetapi tentang bagaimana kita bisa mensyukuri apa yang sudah kita miliki dan menjalani hidup dengan nilai-nilai yang benar.

Memulai Perjalanan Stoik Anda

Massimo Pigliucci telah membuka jalan bagi banyak orang untuk memahami Stoikisme dengan cara yang lebih mudah dan relevan. Filosofi ini bukan hanya sekadar teori kuno, tetapi merupakan panduan hidup yang bisa membawa kita menuju kehidupan yang lebih bijaksana, lebih tenang, dan lebih berbudi luhur.

Jika Anda ingin menjalani hidup dengan lebih tenang dan tidak mudah goyah oleh keadaan, mungkin inilah saatnya untuk mulai belajar dari ajaran Stoik. Seperti kata Marcus Aurelius, "Kebahagiaan hidup Anda tergantung pada kualitas pikiran Anda sendiri."