Plato: "Merasa Tahu Segalanya Lebih Buruk daripada Ketidaktahuan"
- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang terus berkembang ini, ilmu pengetahuan dan informasi menjadi semakin mudah diakses. Namun, di balik kemudahan ini, ada bahaya besar yang sering kali tidak disadari: ilusi pengetahuan. Plato, salah satu filsuf terbesar dalam sejarah, pernah mengatakan, "Satu-satunya hal yang lebih buruk dari ketidaktahuan adalah merasa tahu segalanya."
Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa ketidaktahuan bisa diperbaiki dengan belajar, tetapi merasa tahu segalanya bisa menjadi penghalang bagi perkembangan diri. Artikel ini akan membahas mengapa sikap merasa tahu segalanya lebih berbahaya dibandingkan ketidaktahuan, bagaimana dampaknya dalam berbagai aspek kehidupan, dan bagaimana cara menghindarinya.
Ketidaktahuan vs. Ilusi Pengetahuan
Ketidaktahuan adalah kondisi di mana seseorang belum mengetahui sesuatu. Ini bukanlah sesuatu yang buruk karena dapat diperbaiki dengan belajar dan mencari tahu. Di sisi lain, ilusi pengetahuan adalah ketika seseorang merasa sudah mengetahui segalanya, padahal sebenarnya tidak.
Contoh nyata dari ilusi pengetahuan dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang merasa sudah memahami suatu topik hanya karena membaca beberapa artikel di internet atau mendengar opini di media sosial. Akibatnya, mereka tidak lagi terbuka untuk belajar lebih dalam atau menerima perspektif lain.
Menurut penelitian dari Dunning-Kruger Effect, orang yang memiliki sedikit pengetahuan sering kali melebih-lebihkan pemahaman mereka. Sebaliknya, mereka yang benar-benar ahli justru cenderung merendahkan tingkat pengetahuan mereka karena semakin banyak belajar, semakin mereka menyadari betapa luasnya dunia ini.
Dampak Buruk Merasa Tahu Segalanya