Mengapa Stoicisme Masih Relevan di Zaman Now? Massimo Pigliucci dan Jawaban Filsafat Kuno atas Tantangan Modern
- Image Creator Grok/Handoko
Jakarta, WISATA - Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, banyak orang merasa stres, cemas, dan kehilangan arah. Media sosial membombardir kita dengan standar kebahagiaan yang tak realistis, ketidakpastian ekonomi membuat masa depan terasa mengkhawatirkan, dan tuntutan hidup semakin menumpuk. Di tengah kekacauan ini, ada satu filosofi kuno yang justru semakin populer: Stoicisme.
Salah satu tokoh yang menghidupkan kembali Stoicisme di era modern adalah Massimo Pigliucci, seorang profesor filsafat yang telah menulis banyak buku tentang bagaimana ajaran para filsuf Stoa bisa membantu kita menghadapi kehidupan modern. Dalam bukunya How to Be a Stoic, ia menguraikan mengapa prinsip-prinsip Stoicisme tetap relevan dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam keseharian.
Stoicisme: Filsafat Kuno, Solusi untuk Dunia Modern
Stoicisme pertama kali berkembang di Yunani dan Romawi kuno, dengan tokoh-tokoh seperti Zeno, Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Filsafat ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak tergantung pada faktor eksternal seperti kekayaan, status, atau bahkan kesehatan, melainkan pada bagaimana kita merespons keadaan.
Massimo Pigliucci percaya bahwa ajaran Stoicisme sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak bisa kita kendalikan—seperti pandemi, resesi, atau bahkan komentar negatif di media sosial—Stoicisme mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita: pemikiran, sikap, dan tindakan kita sendiri.
Di era digital ini, banyak orang terjebak dalam perbandingan sosial yang beracun. Setiap hari kita melihat kehidupan "sempurna" orang lain di Instagram, yang sering kali membuat kita merasa kurang. Namun, Pigliucci mengingatkan bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari validasi eksternal. Dalam ajaran Stoicisme, yang penting bukanlah bagaimana orang lain melihat kita, tetapi bagaimana kita menjalani hidup dengan kebijaksanaan dan kebajikan.
Belajar Menerima Hal yang Tak Bisa Dikendalikan